Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyampaikan komoditas kelapa sawit di era pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto akan dimanfaatkan untuk pengembangan biodiesel dan bahan bakar pesawat avtur hijau atau bioavtur. Hal ini seiring dengan Uni Eropa yang menjegal ekspor pertanian perkebunan, termasuk sawit Indonesia.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan bahwa nantinya pemerintah akan meningkatkan komposisi biodiesel dari 35% (B35) menjadi 50% (B50) sehingga Indonesia tidak perlu khawatir jika Uni Eropa tidak membeli kelapa sawit milik Indonesia.
“Kita nggak usah khawatir, itu sebagian besar soal palm oil. Kita nanti kurang karena nanti Pak Prabowo akan naikin dari B20 sekarang B35, naik ke B40, naik B60, selesai, jadi terima kasih [kalau Uni Eropa tidak ekspor],” kata Zulhas saat ditemui seusai acara Strategi & Optimisme Kebijakan Perdagangan Luar Negeri hingga tantangan di WTO di Auditorium Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Zulhas menuturkan bahwa tak lama lagi Indonesia akan berinvestasi untuk mengembangkan bahan bakar pesawat (avtur) berbasis kelapa sawit atau bioavtur. Dalam prosesnya, bioavtur itu membutuhkan pasokan bahan baku jutaan kelapa sawit.
“Sebentar lagi investasi untuk pesawat avtur, kalau avtur itu bikin lagi 3 juta [kelapa sawit] lagi kesedot, justru kita sekarang akan perlu banyak dari CPO [crude palm oil],” jelasnya.
Meski demikian, Zulhas menyampaikan bahwa Indonesia akan tetap melakukan ekspor kelapa sawit.
Baca Juga
Senada, Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Internasional Kemendag Bara Khrisna Hasibuan mengatakan, nantinya akan terjadi pergeseran dari pengembangan industri CPO. Di mana, sebelumnya Indonesia berorientasi pada kegiatan ekspor kelapa sawit.
Skenarionya, dia menjelaskan pemerintah akan memprioritaskan komoditas kelapa sawit untuk kebutuhan pasar dalam negeri yang dikembangkan untuk biodiesel.
“Tetapi juga pada saat yang sama kita tetap akan ekspor karena tentu saja kebutuhan CPO di luar itu masih sangat besar dan Indonesia sebagai produser CPO terbesar di dunia, tentu kita bisa memanfaatkan itu mendatangkan revenue bagi kita,” katanya.
Untuk itu, dia menyampaikan bahwa ekspor kelapa sawit tidak akan dihentikan sepenuhnya. “Tetapi mungkin dikurangi karena nanti prioritasnya untuk memenuhi domestik market,” terangnya.
Sebelumnya, dalam acara Penutupan Kongres PAN 2024, presiden terpilih Prabowo Subianto mengaku bersyukur jika Uni Eropa tidak ingin membeli kelapa sawit Indonesia. Prabowo mengatakan bahwa Macron sempat membicarakan terkait kebijakan boikot kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa.
Namun, Prabowo mengaku bersyukur jika Uni Eropa tidak ingin membeli kelapa sawit Indonesia. Terlebih, Menteri Pertahanan itu mengungkap kini Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
“Oh Yang Mulia, nda-nda, nggak usah, kami merasa justru kalau Eropa tidak mau beli kelapa sawit kita, kita bersyukur, blessing in disguise.’ Agak kaget juga beliau [Macron],” kata Prabowo dalam acara Penutupan Kongres PAN 2024, dikutip pada Minggu (28/8/2024).
Keesokan harinya, Prabowo mengaku dirinya bertemu jajaran pengusaha Prancis dan memahami kebijakan Uni Eropa atas embargo kelapa sawit. Dia menyampaikan bahwa Uni Eropa menuduh Indonesia melakukan perusakan hutan sehingga memboikot kelapa sawit Indonesia.
“Mereka yang datang ke kita, mereka yang rusak hutan, habis itu kita yang disalahkan,” ujarnya.
Alih-alih khawatir, Prabowo justru berterima kasih dengan larangan masuknya kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa. Dengan begitu, akan tercipta swasembada energi, termasuk dari kelapa sawit.
“Kalian mau larang, kalian larang kelapa sawit kita masuk ke Eropa, saya katakan thank you very much, terima kasih. Kami akan gunakan kelapa sawit kami untuk kepentingan rakyat kami, kami akan swasembada energi,” jelasnya.
Menurut Prabowo, setidaknya ada dua kunci yang harus dipegang Indonesia, yaitu pangan dan energi. Prabowo menekankan Indonesia tidak perlu risau jika sudah menggunakan dua kunci itu.
“Kalau kita sudah aman pangan, aman energi, kita tidak perlu takut siapapun di dunia ini. Nggak usah kita khawatir ‘rupiah berapa? Rp16.000.’ Kita amankan pangan kita, kita amankan energi kita, baru kita lakukan hilirisasi,” tutupnya.