Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mencatatkan penurunan pendapatan yang cukup lebar sepanjang paruh pertama 2024.
Koreksi harga penjualan rata-rata atau average selling price (ASP) batu bara belakangan diidentifikasi menjadi penyebabnya.
Selain normalisasi harga batu bara di pasar global, eksposur pada Indonesia Coal Index (ICI) turut menekan ASP yang mesti diterima ITMG. Padahal, volume penjualan terus mengalami peningkatan.
Direktur Keuangan ITMG Junius Prakarsa Darmawan mengatakan indeks harga batu bara untuk pasar China dari perseroan belakangan menggunakan acuan ICI 3, untuk batu bara kandungan Gross Calorific Value (GAR) 5.000 kcal per kilogram.
Dengan demikian, acuan yang dipakai tidak sepenuhnya mencerminkan harga batu bara di pasar internasional, seperti acuan Globalcoal Newcastle Index (GCNC) dan Newcastle Export Index (NEX).
“Untuk market China ini memang saat ini telah bergeser acuan batu bara yang dipakai tidak murni Globalcoal Newcastle saja, ada ICI, khususnya untuk produk kita ICI 3,” kata Junius saat public expose daring, Rabu (28/8/2024).
Baca Juga
Ihwal ICI 3 itu, kata Junius, pergerakan harga acuannya relatif terpaut jauh dari NEX. Artinya, harga indeks di Indonesia tidak mencerminkan nominal yang dipakai di pasar internasional.
Berdasarkan data ITMG, rata-rata harga jual acuan dari NEX berada di level US$135,4 per ton, sementara ICI 3 hanya berada di level US$71,5 per ton selama periode paruh pertama 2024. Konsekuensinya, rerata harga batu bara ITMG secara kuartalan berada di level US$94 per ton.
“Jadi memang pergerakan ICI 3 ini kalau kita lihat dari kuartal-kuartal terakhir tidak selalu selaras dengan Globalcoal Coal Index,” kata Junius.
Berdasarkan laporan keuangannya, ITMG membukukan pendapatan sebesar US$1,04 miliar selama paruh pertama 2024. Pendapatan ini turun 19,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,29 miliar.
Dalam keterangan resminya, ITMG menyampaikan volume penjualan mencapai 10,8 juta ton atau naik 9% year-on-year. Di sisi lain, harga jual rata-rata batu bara turun 27% year-on-year sejalan dengan normalisasi harga batu bara.
ITMG juga mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar US$774,2 juta, lebih rendah 7,93% dibandingkan semester I/2023 yang sebesar US$840,9 juta.
Meski beban pokok pendapatan ITMG turun, akan tetapi laba kotor ITMG tercatat turun hingga 39,94% menjadi US$275,2 juta. Laba kotor ini turun dari semester I/2023 yang sebesar US$458,2 juta.
Dengan hasil tersebut, ITMG mencatatkan laba bersih sebesar US$129,07 juta atau setara Rp2,11 triliun (kurs Rp16.394 per dolar AS 30 Juni 2024). Laba bersih ini turun 57,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$306,9 juta.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.