Bisnis.com, YOGYAKARTA – Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa enam kepala negara Afrika akan menghadiri penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2 di Bali pada 1-3 September 2024.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury saat melapor dalam Rapat Terbatas terkait Penanganan Mpox dan Persiapan Penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) di Kantor Presiden, Selasa (27/8/2024).
Selain itu, ada enam negara Afrika lainnya yang mengindikasikan kehadiran mereka di IAF.
“Sampai saat ini sudah ada 6 kepala negara yang konfirmasi hadir dan sudah ada 6 negara lain yang indikasikan kehadiran mereka diperkirakan ada 10—12 kepala negara hadir, ada 11 menteri menteri negara Afrika akan hadir,” jelasnya kepada wartawan.
Dia memerinci bahwa negara Afrika yang sudah terkonfirmasi hadir adalah Zimbabwe, Uganda, Ghana, Liberia, Iswantini, dan juga Zanzibar yang mewakili Tanzania.
Pahala mengatakan gelaran IAF dan diperkirakan akan dihadiri oleh 1500 peserta dari berbagai negara, bukan hanya dari Afrika.
Baca Juga
Di sisi lain, Pahala menjelaskan bahwa nantinya kegiatan IAF bakal menjadi forum multi stakeholder yang bukan hanya melibatkan dari para kepala negara dan menteri tetapi juga melibatkan sektor lainnya yaitu swasta dan BUMN.
Dia mengatakan bahwa target dari pemerintah mengaku bahwa terdapat perjanjian kerja sama ekonomi yang ditaksir akan mencapai Rp58 triliun.
“Kami harap bisa ditandatangani berbagai perjanjian kerja sama ekonomi diperkirakan mencapai Rp58 triliun,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa terdapat empat sektor yang akan difokuskan dalam forum tersebut, termasuk di bidang energi. Mengingat 10% cadangan energi dunia keberadaannya berada di Afrika.
Kekayaan energi itu, kata Pahala, turut menyokong beberapa negara besar seperti China yang mengonsumsi energi yang berasal dari Afrika, termasuk Indonesia yang hingga 20—25% melakukan import crude oil atau minyak mentah yang berasal dari Afrika khususnya Nigeria.
Selain Energi, Pahala memerinci sektor lainnya adalah ketahanan pangan baik itu produksi pangan dan juga edible oil ke Afrika. Pasalnya, pemerintah berharap mampu mengembangankan ketahanan pangan. Mengingat beberapa negara dari Afrika Utara memiliki cadangan besar untuk fosfat yang diperuntukan untuk bahan baku pupuk NPK.
Selanjutnya, dia menyebut sektor kesehatan juga akan menjadi pembahasan, sebab Indonesia Indonesia sudah mengekspor kurang lebih 1 miliar dosis vaksin dari negara Afrika. Harapannya, kerja sama ini juga membuka kesempatan untuk diversifikasi produk ekspor khususnya di sektor kesehatan.
Terakhir, Pahala mengatakan bahwa di sektor pertambangan, pemerintah berharap bisa membuka hubungan sentra produksi bahan bahan mengenai kendaraan listrik ataupun baterai. Apalagi sebagian bahan mineral untuk baterai itu keberadaannya cukup besar di Afrika seperti cobalt lithium graphite.