Berhasil Menekan Rugi SMT I, Mahkota Group Yakin Kinerja 2024 Bakal Membaik

PT Mahkota Group, Tbk., (MGRO) berhasil menekan rugi bersih kinerja semester I 2024 dari Rp184,6 miliar menjadi sebesar Rp57,3 miliar.
Foto: Berhasil Menekan Rugi SMT I, Mahkota Group Yakin Kinerja 2024 Bakal Membaik
Foto: Berhasil Menekan Rugi SMT I, Mahkota Group Yakin Kinerja 2024 Bakal Membaik

Bisnis.com, MEDAN - PT Mahkota Group, Tbk., (MGRO) berhasil menekan rugi bersih kinerja semester I 2024 menjadi sebesar Rp57,3 miliar atau jauh menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp184,6 miliar.

Hal itu dicapai karena keberhasilan manajemen dalam menekan beban biaya, sehingga sekalipun pendapatan menurun dibandingkan semester I tahun lalu dari Rp2,64 triliun menjadi Rp1,96 triliun, tapi realisasi rugi perusahaan menurun tajam.

Dalam laporan keuangan tidak diaudit MGRO disebutkan salah satunya adalah penurunan beban operasional dari Rp171,3 miliar menjadi Rp101,44 miliar.
Manajemen perusahaan agroindustri kelapa sawit yang berbasis di Medan ini optimistis kinerja hingga akhir tahun akan terus membaik dibandingkan realisasi tahun lalu yang menderita rugi bersih sebesar Rp 152,2 miliar.

MGRO menargetkan pendapatan hingga akhir 2024 mencapai Rp8 triliun sehingga bisa memperbaiki kinerja perusahaan dari posisi rugi pada 2023 menjadi untung pada tahun ini dengan proyeksi raihan laba bersih mencapai Rp50 miliar.

Untuk itu, menurut Usli Sarsi, Presiden Direktur Mahkota Group, peningkatan kinerja di semester II tahun ini diharapkan dicapai dari pengoperasian line produksi ke-2 dan pengelolaan energi biogas pada semester 2 dari proyek Integrated Sustainable Agro Industri seluas 80 hektar di lokasi pabrik Duri 13, Solapan, Kabupaten Bengkalis, Riau.

“Peningkatan kinerja Mahkota Group akan tercapai melalui pabrik terpadu di Riau itu karena bisa mendukung pertumbuhan produksi secara signifikan serta integrasi operasional efisien dan efektif sehingga bisa tercapai kinerja yang positif,” ujar Usli Sarsi di Medan, Senin (19/8).

Dia menambahkan line produksi line ke-2 di Riau mendongkrak kapasitas produksi menjadi sebesar 2 x 1.800 ton per jam disertai dengan dukungan bahan baku produksi yang berkualitas.

“Analisa harga penjualan produk dan harga pokok produksi tetap dilakukan agar bisa memaksimalkan benefit. Perusahaan berusaha untuk mencapai target pendapatan yang telah ditentukan pemegang saham bersama manajemen. Juga, kami melakukan berbagai cara agar tingkat efisiensi biaya operasional semakin membaik dibandingkan periode tahun sebelumnya.”

Di tengah keyakinan peningkatan kinerja yang ditopang oleh operasional proyek Integrated Sustainable Agro Industri di Riau tersebut, ungkap Fuad Halimoen, Direktur Operasi Mahkota Group, ada tantangan di lapangan bahwa kapasitas produksi yang diinginkan belum beroperasi secara penuh karena konstruksinya masih dalam tahap penyelesaian.

“Untuk itu, manajemen berencana melakukan revisi atas target produksi dan pendapatan untuk penyesuaian terhadap kondisi pasar dan perusahaan saat ini. Tetapi kami yakin kinerja tetap kuat untuk menghasilkan laba pada tahun ini,” ujarnya menambahkan.
Kawasan Agroindustri Terpadu Duri 13 saat ini mengolah sekitar 1.000 ton tandan buah segar (TBS) per hari, dari proses akhir pengolahan menghasilkan limbah padat dan limbah cair.

Pengelolaan limbah padat di kawasan itu dilakukan Mahkota dengan mengolahnya kembali menjadi produk pupuk FOF dan bahan bakar sebagai substitusi dari cangkang. Sedangkan pengelolaan limbah cair akan dibangun biogas plant untuk menangkap gas metana yang dihasilkan limbah dari pabrik pengolahan sawitnya. Gas yang termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun atau B3 akan diolah di dalam tangki proses untuk dimurnikan. Energi baru terbarukan (EBT) berupa biogas yang dihasilkan dari proses pemurnian selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar bagi mesin boiler mereka.

Penggunaan energi tambahan dari biogas itu disebut Fuad Halimoen berpotensi menghemat pengeluaran perusahaan untuk pembelian bahan bakar fosil yang selama ini memakan biaya sekitar Rp5-Rp6 miliar per bulan.

Bahkan upaya mengurangi emisi dari pengembangan proyek ramah lingkungan di Kawasan Agroindustri Berkelanjutan dan Terpadu itu diharapkan Mahkota dapat menghasilkan kredit karbon yang dapat diperjualbelikan kepada perusahaan yang membutuhkan. Potensi pengurangan emisi dari kawasan tersebut diperkirakan sekitar 95 ribu lebih Metrik Ton CO2.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper