Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Juli 2024 Sesuai Ekspektasi, The Fed Segera Pangkas Suku Bunga?

Inflasi AS Juli yang moderat dan perlambatan inflasi tahunan menjadi peluang bagi The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga.
Warga Amerika Serikat sedang berbelanja di supermarket milik Amazon./REUTERS.
Warga Amerika Serikat sedang berbelanja di supermarket milik Amazon./REUTERS.

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) atau inflasi Amerika Serikat naik secara moderat pada periode Juli dan kenaikan inflasi tahunan melambat menjadi di bawah 3% untuk pertama kalinya dalam hampir 3,5 tahun. Hal tersebut membuka peluang lebih besar bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga bulan depan. 

Mengutip Reuters pada Kamis (15/8/2024), laporan Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja menunjukkan, indeks harga konsumen AS naik 0,2% pada Juli 2024 setelah turun 0,1% bulan sebelumnya. Kenaikan ini juga sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Sebelum dibulatkan, CPI naik 0,155%.

Kenaikan biaya tempat tinggal sebesar 0,4% menyumbang hampir 90% kenaikan CPI. Biaya tempat tinggal, termasuk sewa, meningkat 0,2% di bulan Juni. Harga pangan naik 0,2%, menyamai kenaikan bulan Juni. Harga sewa rumah dan pangan yang lebih tinggi dapat terus membebani pikiran para pemilih menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November.

Harga toko kelontong naik tipis 0,1% selama dua bulan beruntun. Harga telur melonjak 5,5%. Daging, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta minuman non-alkohol harganya lebih mahal. Namun, terjadi penurunan harga untuk bahan makanan lain yang dikonsumsi di rumah serta sereal, roti, dan produk susu.

Harga bensin tidak berubah setelah jatuh selama dua bulan berturut-turut. Biaya listrik sedikit meningkat, sementara harga gas alam turun 0,7%.

Sementara itu, dalam periode 12 bulan hingga Juli, CPI tercatat meningkat 2,9%. Catatan tersebut merupakan inflasi di bawah 3% pertama dan kenaikan terkecil sejak Maret 2021. Sementara itu, harga konsumen naik 3,0% secara tahunan di bulan Juni.

Laporan tersebut merupakan catatan kenaikan indeks harga konsumen yang lemah selama tiga bulan beruntun dan melengkapi rilis data kenaikan indeks harga produsen AS yang naik tipis bulan lalu. 

Inflasi yang menurun juga sejalan dengan sentimen dari dunia usaha yang menyebut konsumen menolak harga yang tinggi dengan mengurangi pembelian dan melakukan substitusi barang dengan harga yang lebih rendah.

Meski demikian, para ekonom menyebut The Fed kemungkinan tidak akan memulai siklus pelonggaran kebijakan moneter dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin tanpa adanya kemerosotan di pasar tenaga kerja. Hal tersebut mengingat adanya kenaikan harga sewa pada Juli lalu dan inflasi yang masih di atas target 2%. 

Lonjakan tingkat pengangguran yang mendekati level tertinggi dalam tiga tahun terakhir sebesar 4,3% pada Juli juga mengurangi kemungkinan penurunan tingkat suku bunga sebesar 50 basis poin tersebut 

“Laporan ini menunjukkan kemajuan berkelanjutan menuju sasaran inflasi The Fed. Hal ini tidak akan menghalangi The Fed untuk melakukan pemotongan pada bulan September, namun harapan pasar untuk pemotongan yang lebih besar tampaknya masih mustahil,” kata Scott Anderson, kepala ekonom di BMO Capital Markets.

Adapun, pertumbuhan inflasi tahunan telah melambat secara signifikan dari puncaknya sebesar 9,1% pada Juni 2022 seiring dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi mengurangi permintaan. Rincian laporan CPI dan PPI menunjukkan pelemahan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau Personal Consumption Expenditures (PCE) periode Juli yang dipantau oleh The Fed untuk kebijakan moneter.

Adapun, para ekonom memprediksi kenaikan untuk indeks harga PCE, tidak termasuk komponen pangan dan energi yang mudah berubah, berkisar antara 0,1% hingga 0,18%. Indeks harga PCE inti naik 0,2% di bulan Juni. Inflasi inti diperkirakan meningkat 2,6% pada basis tahun ke tahun, menyamai kenaikan di bulan Juni.

"Konsumen masih tergila-gila dengan inflasi, yang diukur oleh sebagian besar orang dengan membandingkan harga saat ini dengan harga yang kita ingat belum terlalu lama. Jika tren inflasi terus menjadi lebih normal, konsumen akan terbiasa dengan tingkat harga yang lebih tinggi dan rasa frustrasi terhadap inflasi akan memudar,” kata Bill Adams, kepala ekonom di Comerica Bank.

Sementara itu, pasar keuangan meningkatkan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed 17-18 September mendatang menjadi 54,5% dari 49,5% sebelum data dirilis, menurut data FedWatch CME Group. Sementara itu, mereka juga melihat peluang sebesar 45,5% untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin.

Adapun, The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran 5,25%-5,50% selama lebih dari setahun, setelah menaikkannya sebesar 525 basis poin pada 2022 dan 2023.

CPI inti naik 0,2% di bulan Juli setelah naik tipis 0,1% di bulan Juni. Ini naik 0,165% sebelum dibulatkan. Inflasi inti didorong oleh kenaikan harga sewa sebesar 0,5%, menyusul kenaikan 0,3% di bulan Juni.

Sewa setara pemilik, ukuran jumlah yang akan dibayar pemilik rumah untuk menyewa atau akan memperoleh penghasilan dari menyewakan properti mereka, naik 0,4% setelah meningkat 0,3% pada bulan Juni, yang merupakan kenaikan terkecil sejak Agustus 2021. 

Meski para ekonom memperkirakan inflasi sewa akan melambat tahun ini, kenaikan bulan lalu bertentangan dengan penurunan suku bunga besar-besaran di bulan September.

Kathy Bostjancic, kepala ekonom di Nationwide menyebut, data ini memberikan sedikit keraguan terhadap gagasan bahwa inflasi sewa akhirnya melambat secara berkelanjutan setelah data yang lemah pada bulan Juni. 

“Mengingat biaya shelter menyumbang 36% dari keseluruhan CPI, maka penting agar biaya tempat tinggal dimoderasi secara signifikan agar inflasi dapat mencapai targetnya secara berkelanjutan,” jelas Bostjancic


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper