Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mempertimbangkan penghentian operasi atau suntik mati Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Suralaya.
Luhut menyampaikan, rencana penghentian operasi PLTU yang berada di Cilegon, Banten ini dikarenakan sudah makin parahnya indeks polusi udara yang berada di Jakarta.
Politikus senior Partai Golkar ini mencatat indeks polusi di Jakarta berada di angka 150 sampai 200, berbanding terbalik dengan indeks di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang berada di angka 6.
“Jadi ini sangat berbahaya bagi kita semua dan kita menghabiskan beberapa triliun untuk BPJS dan juga biaya pribadi untuk kesehatan,” kata Luhut dalam Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di JCC Senayan, Rabu (14/8/2024).
Maka dari itu, Luhut menyampaikan perlu adanya langkah yang cepat dan tepat untuk menanggulangi hal tersebut, salah satunya dengan menutup PLTU Suralaya.
Dirinya menilai bahwa dengan menutup PLTU di barat pulau Jawa ini bakal membuat indeks polusi di Jakarta berkurang.
Baca Juga
“Jika kita menutup Suralaya, saya pikir bagian dari transisi energi yang adil, ini juga bisa mengurangi mungkin 50 atau 60 poin indeks kualitas udara di Jakarta,” ujarnya.
Selain dengan suntik mati PLTU Suralaya, Luhut mengatakan bahwa pemerintah juga bakal memasifkan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) guna menekan polusi di Jakarta.
“Jadi kita juga akan melihat untuk menggunakan lebih banyak EV di Jakarta dan sepeda motor di Jakarta,” ucap Luhut.
Perlu diketahui, PLTU Suralaya terletak di Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Provinsi Banten. PLTU ini memiliki total kapasitas pembangkitnya sebesar 3.400 megawatt (MW).
PLTU yang dikelola oleh anak usaha PT PLN, yaitu PT PLN Indonesia Power (PLN IP) memiliki tujuh unit pembangkit untuk memenuhi listrik di pulau Jawa. PLTU Suralaya diketahui merupakan salah satu PLTU tertua dan terbesar di Indonesia.