Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Danareksa Jaring Investor Bangun Pabrik di KITB, Lahan Lebih Murah

PT Danareksa mengungkap sederet keuntungan yang bisa didapatkan investor yang akan membangun pabrik di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Kondisi infrastruktur dasar Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) sebelum diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Jumat, 26 Juni 2024. Sebanyak 18 tenant telah menanamkan investasi di KITB yang didominasi penanaman modal asing (PMA). / BISNIS-Afiffah Rahmah
Kondisi infrastruktur dasar Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) sebelum diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Jumat, 26 Juni 2024. Sebanyak 18 tenant telah menanamkan investasi di KITB yang didominasi penanaman modal asing (PMA). / BISNIS-Afiffah Rahmah

Bisnis.com, JAKARTA - PT Danareksa (Persero) mengungkap sederet keuntungan yang bisa didapatkan investor yang akan membangun pabrik di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Grand Batang City, Jawa Tengah.

Direktur Utama Holding BUMN Danareksa Yadi Jaya Ruchandi mengatakan berbagai fasilitas kemudahan ditawarkan untuk menjaring investor asing yang tengah berbondong-bondong relokasi industri keluar dari China akibat perang dagang.

"Dari sisi kualitatifnya, secara nyata ini barangnya [tanah] sudah ada, sudah jelas, harga kami kompetitif sekali dan dukungan atas utilitas dasar jelas ada," kata Yadi saat ditemui di KITB, Jawasa Tengah beberapa waku lalu, dikutip Minggu (28/7/2024).

Pasalnya, sejak 3 tahun terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo merasa gelisah lantaran terdapat 33 investor China yang merelokasi fasilitas manufakturnya dan mencari lokasi di Asia Tenggara.

Namun, kala itu tak satupun pabrikan China tersebut yang mau menanamkan modal di Indonesia. Alhasil, pemerntah mencari dan memutuskan Kawasan Industri Terpadu Batang sebagai magnet investasi.

"Dalam waktu 4 tahun terbukti, keputusan pemerintah tepat dan dilengkapi juga dengan regulasi penetapan Perpres 109/2020 terkait status PSN daa Perpres 106/2022 terkait instrumen percepatan pembangunan Batang," ujarnya.

Kawasan industri yang ke-7 yang dikelola BUMN ini merupakan yang terbesar dengan luasan 4.300 hektare. Mulanya, kawasan ini merupakan areal tebu dan karet milik PTPN yang kemudian diubah menajadi kawasan industri.

Hal ini yang juga membuat harga lahan lebih kompetitif dan lebih murah dibandingkan kawasan lainnya. Sebab, lahan di KITB minim sengketa dan tak memengaruhi lahan masyarakat sekitar.

"KITB itu boleh dikatakan sebuah proyek yang sangat super cepat dan infrastruktur utilitasnya lengkap, dan istilah kami Seeing is Believing. Jadi investor yang datang itu nggak diceritain akan, tapi barangnya udah ada sehingga mereka cepat ambil keputusan dan bisa segera membangun," tuturnya.

Sebagai informasi, KITB menghadirkan solusi terintegrasi di atas lahan seluas 4.300 hektare yang mengakomodasi kebutuhan industri global yang mengadopsi teknologi tinggi, termasuk juga industri padat karya.

Dari aspek sosial, KITB saat ini telah menyerap 19.000 tenaga kerja, dan diharapkan dapat menyerap lebih dari 200.000 tenaga kerja di masa mendatang.

Yadi menambahkan bahwa saat ini nilai investasi yang masuk ke KITB sudah mencapai Rp14,8 triliun dari utilisasi lahan seluas 271 hektare. Adapun investasi yang masuk berasal dari sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa.

Di sisi lain, Direktur Utama KITB Ngurah Wirawan mengatakan, kawasan tersebut menawarkan infrastruktur terpadu yang ramah lingkungan, fasilitas hunian bersertifikasi Greenship Neighborhood, serta bisnis model yang berkelanjutan dan berdaya saing dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal.

“KITB menyediakan utilitas dasar yang lengkap dengan berorientasi pada keberlanjutan, antara lain industri berbasis teknologi [SEG Solar], penggunaan energi terbarukan, pengelolaan Water Treatment Plant [WTP], Waste-Water Treatment Plan (WWTP), dan Sewage Treatment Plant (SWTP)," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper