Bisnis.com, BATANG- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pengaliran gas bumi ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) untuk sejumlah industri pengguna akan optimal dengan dukungan infrastruktur pipa eksisting.
Adapun, gas yang mengalir tersebut bersumber dari Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru, Wilayah Kerja Blora dan Long Term Plan Wilayah Kerja Cepu (Lapangan Cendana - Alas Tua) dan Wilayah Kerja Tuban (Lapangan Sumber-2) yang melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) Pipa Gas Cirebon-Semarang (CISEM) Tahap 1 Ruas Semarang-Batang.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan saat ini baru terdapat 2 industri yang mendapat pasokan gas dari pipa gas Cisem, salah satunya PT KCC Glass yang merupakan pabrik kaca asal Korea Selatan.
"[Pipa gas Cisem] sudah ngalir sampai Batang. Tadi sudah break in valve-nya sudah masuk, gasnya buat pemanasan di KCC Glass, gas untuk yang lain juga sudah ada," kata Arifin saat ditemui di KITB, Jateng, Sabtu (27/7/2024).
Arifin menyebut penggunaan gas di pabrik tersebut renancanya akan menyerap volume dikisaran 25 MMBTU. Dia pun memastikan pasokan gas di Jawa Timur yang masih banyak dan ke depannya dapat terserap oleh KITB.
Di samping itu, pemerintah juga memberikan harga gas kompetitif melalui program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) US$6 per MMBTU untuk sektor pengguna, salah satunya industri kaca.
"Iya [dapat HGBT], selama gasnya masih ada," imbuhnya.
Dalam hal ini, ESDM meresmikan pengaliran gas bumi pertama kali ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) yang ditandai dengan pembukaan valve untuk mengalirkan gas bumi ke PT. KCC Glass asal Korea Selatan di Batang, Jawa Tengah, pada Jumat (26/7/2024).
Pengaliran gas bumi perdana tersebut, merupakan bagian tugas dari Kementerian ESDM yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 106 Tahun 2022 tentang Percepatan Investasi Melalui Pengembangan KITB di Provinsi Jawa Tengah.
Dengan memanfaatkan infrastruktur Pipa Gas Cisem, benefit yang akan didapatkan industri adalah Harga gas akan lebih terjangkau dengan toll fee pengangkutan gas yang lebih rendah.
Selain itu akan memenuhi kebutuhan gas dalam negeri untuk industri, pembangkit listrik, komersil dan rumah tangga. Kemudian akan mengurangi konsumsi LPG 3 KG melalui jaringan gas (jargas) rumah tangga (SR) sehingga akan mengurangi subsidi LPG Rp0,21 triliun per tahun dan menghemat devisa dari impor LPG sebesar Rp0,33 trilliun per tahun.
Selain itu akan terjadi penghematan biaya masak LPG ke Jargas sebesar Rp0,05 triliun per tahun untuk 300 ribu SR, pendapatan hulu migas Rp0,44 triliun per tahun, dan PNBP iuran BPH Migas sebesar Rp0,006 triliun per tahun.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meresmikan operasional KITB yang memiliki luas lahan dalam perencanaan sekitar 4.300 hektar yang akan terbagi dalam beberapa fase. Sebelum peresmian, Presiden juga meninjau sejumlah pabrik yang ada di KITB. Pemerintah menargetkan KITB bisa membuka lapangan pekerjaan untuk 250.000 pekerja.