Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Varian Baru Airbus Siap Mengudara, Isi Pasar Boeing 757

Airbus A321XLR yang menyasar penerbangan jarak jauh diperkirakan memperoleh sertifikat layak terbang pada pekan depan. Mengisi pasar Boeing 757.
Airbus A321XLR neo saat tampil di Paris Air Show 2023./Bloomberg
Airbus A321XLR neo saat tampil di Paris Air Show 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA --  Seri terbatu Airbus SE untuk penerbangan jarak jauh, A321XLR diperkirakan mendapatkan sertifikat layak terbang pada bulan ini. Airbus A321XLR sendiri akan tampil di Farnborough Air Show minggu depan dengan modal 550 pesanan sudah diterima.

Seri terbaru dari Airbus ini memiliki daya jelajah hingga 4.700 mil laut atau 11 jam penerbangan tanpa henti. Capaian ini meningkat tajam dibandingkan model awal yang diperkenalkan 1994. Airbus mengklaim produk pengembangan ini dapat menggantikan peran pesawat berbadan lebar yang lebih boros bahan bakar dalam penerbangan jarak jauh dan meningkatkan efisiensi operasional maskapai.

CEO XLR Bogi Nils Bogason menyebutkan persaingan pesawat berbadan lebar selama ini membuat dalam area tidak hemat bahan bakar dan tidak ramah lingkungan. “Jadi ini jelas merupakan sebuah keuntungan dan kami melihat adanya peluang dalam hal itu,” kata Bogi dikutip dari Bloomberg, Rabu (17/7/2024).

Airbus A321XLR semula dijadwalkan masuk ke pasar pada 2023 lalu. Meski demikian, perusahaan melakukan penundaan selama satu tahun akibat pandemi dan kekhawatiran terkait risiko kebakaran tangki bahan bakar tambahan. Persoalan tangki ini disebut telah teratasi.

Bahkan salah satu maskapai, Icelandair, disebut telah memesan 13 unit A321XLR. Maskapai akan menggantikanarmada Boeing 757 yang tidak lagi diproduksi dengan airbus.

CEO Icelandair Bogi Nils Bogason menyatakan pesawat baru ini akan memungkinkan ekspansi rute ke California, Texas, Dubai, dan seluruh Eropa, dengan konsumsi bahan bakar 30% lebih rendah.

Wizz Air Holdings Plc, maskapai berbiaya rendah asal Hungaria, memesan 47 unit A321XLR untuk membuka rute baru di Timur Tengah dan Asia. Mereka juga sedang bernegosiasi dengan pihak berwenang India untuk penerbangan ke negara tersebut menggunakan pesawat berkapasitas 244 penumpang ini.

Michael Delehant, Chief Operating Officer Wizz Air, menyebutkan bahwa setiap negara di Eropa sangat tertarik untuk meningkatkan konektivitas dengan India.

IndiGo berencana menggunakan A321XLR untuk penerbangan dalam radius sembilan jam dari India, membuka akses ke beberapa wilayah Eropa. United Airlines dan American Airlines juga berencana menggunakan pesawat ini untuk memperluas rute trans-Atlantik mereka.

Meskipun kehadiran A321XLR menawarkan keuntungan signifikan bagi maskapai, Airbus mengalami beberapa kendala dalam pengembangannya. Produksi pesawat ditunda karena masalah regulasi terkait potensi risiko tangki bahan bakar tambahan. Target awal pengoperasian pada tahun 2023 kini diundur ke pertengahan 2024, menyebabkan penundaan pengiriman bagi maskapai.

Boeing sempat merencanakan untuk menyaingi A321XLR dengan pesawat pasar menengah baru, NMA, namun membatalkan rencana tersebut akibat kesulitan paska kecelakaan fatal 737 Max yang berbuntut sejumlah pemeriksaan, pembatalan pemesanan dan ganti rugi kepada keluarga korban.

Pesawat sejenis dari Boeing yakni model 757 yang pertama kali beroperasi pada tahun 1983 kini sudah tidak lagi diproduksi.

Pengoperasian A321XLR pada rute jarak jauh merupakan tantangan. Pasalnya, konsep pesawat berbadan sempit ini tidak menawarkan kemewahan seperti pesawat terbesar Airbus yakni A380. Jenis pesawat yang populer di kalangan penumpang namun dianggap tidak efisien oleh maskapai dan telah dihentikan produksinya.

Airbus belum mengungkapkan rencana fitur rekreasi di A321XLR, namun diperkirakan pesawat ini akan difokuskan untuk efisiensi maksimum dengan ruang penyimpanan katering dan kapasitas kamar mandi yang terbatas dibandingkan jet berbadan lebar.

Melanie Berry, Direktur Pengalaman Pelanggan dalam penerbangan di maskapai Spanyol Iberia, mengakui adanya tantangan layanan pada A321XLR. Mereka bekerja sama dengan awak kabin untuk menemukan solusi terbaik. Sementara itu, Nigel Goode, pendiri dan ketua studio desain industri PriestmanGoode, menyebutkan kabin yang lebih kecil akan lebih mudah dikelola oleh maskapai, memberikan kenyamanan perjalanan point-to-point bagi penumpang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper