Bisnis.com, JAKARTA – Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo memperkirakan inflasi tahunan pada Juni 2024 akan mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 2,93% (year-on-year/yoy).
Menurutnya, laju inflasi pada Juni 2024 didorong oleh efek musiman libur Iduladha dan libur sekolah yang berpotensi mendorong permintaan.
“Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah sudah relatif terlihat pada neraca perdagangan meski transmisi ke inflasi kami pandang masih cukup terbatas,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (30/6/2024).
Banjaran menilai, potensi dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap laju inflasi di dalam negeri masih perlu terus diwaspadai.
Selain itu, risiko lainnya yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga komoditas impor (imported inflation) yang disebabkan oleh disrupsi rantai pasok akibat konflik geopolitik, serta perubahan iklim dan La Nina yang berisiko meningkatkan harga pangan.
Pada konferensi pers APBN Kita, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa inflasi di dalam negeri hingga Mei 2024 cukup terkendali.
Baca Juga
Hal ini terutama karena tekanan harga pangan yang memuncak sejak Desember 2023 hingga April sudah mulai mereda.
“Kita lihat kontribusi volatile food terhadap inflasi mulai menunjukkan penurunan, sekarang di 8,14% yoy. Ini tentu memberikan perkembangan positif karena inflasi harga itu menggerus daya beli langsung bagi masyarakat banyak, terutama kelompok masyarakat menengah bawah,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, Sri Mulyani menyampaikan bahwa inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) stabil pada level 1,52% yoy.
“Inflasi inti agak sedikit menunjukkan perkembangan ke atas, tapi tetap pada level di bawah 2%, yaitu 1,93%,” jelasnya.