Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi RI Semester II/2023 Dibayangi Pelemahan Rupiah dan La Nina

Potensi dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap laju inflasi di dalam negeri masih perlu terus diwaspadai menurut Ekonom BSI.
Karyawan menghitung uang rupiah usai acara Peresmian Relokasi Bank Mega Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Kelapa Gading di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung uang rupiah usai acara Peresmian Relokasi Bank Mega Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Kelapa Gading di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo memperkirakan inflasi tahunan pada Juni 2024 akan mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 2,93% (year-on-year/yoy).

Menurutnya, laju inflasi pada Juni 2024 didorong oleh efek musiman libur Iduladha dan libur sekolah yang berpotensi mendorong permintaan. 

“Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah sudah relatif terlihat pada neraca perdagangan meski transmisi ke inflasi kami pandang masih cukup terbatas,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (30/6/2024).

Banjaran menilai, potensi dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap laju inflasi di dalam negeri masih perlu terus diwaspadai.

Selain itu, risiko lainnya yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga komoditas impor (imported inflation) yang disebabkan oleh disrupsi rantai pasok akibat konflik geopolitik, serta perubahan iklim dan La Nina yang berisiko meningkatkan harga pangan.

Pada konferensi pers APBN Kita, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa inflasi di dalam negeri hingga Mei 2024 cukup terkendali.

Hal ini terutama karena tekanan harga pangan yang memuncak sejak Desember 2023 hingga April sudah mulai mereda.

“Kita lihat kontribusi volatile food terhadap inflasi mulai menunjukkan penurunan, sekarang di 8,14% yoy. Ini tentu memberikan perkembangan positif karena inflasi harga itu menggerus daya beli langsung bagi masyarakat banyak, terutama kelompok masyarakat menengah bawah,” jelasnya.

Sejalan dengan itu, Sri Mulyani menyampaikan bahwa inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) stabil pada level 1,52% yoy.

“Inflasi inti agak sedikit menunjukkan perkembangan ke atas, tapi tetap pada level di bawah 2%, yaitu 1,93%,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper