Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Beras Anjlok, Bisnis Penggilingan Padi di Garut Terpukul

Produksi padi dari Kabupaten Garut, Jawa Barat sepanjang 2024 mengalami penurunan dan berdampak terhadap bisnis penggilingan padi.
Ilustrasi petani di sawah./ Dok. JIBI
Ilustrasi petani di sawah./ Dok. JIBI

Bisnis.com, GARUT - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi padi dari Kabupaten Garut, Jawa Barat sepanjang 2024 hanya mampu menembus angka 96.998 ton.

Dalam catatan tersebut, produksi padi dari Garut mengalami penurunan. Tahun lalu, produksi yang dilakukan mampu menembus angka 96.998 ton. Hal ini menunjukkan produksi padi dari Kabupaten Garut mengalami penurunan sebanyak 20.601 ton.

Pemilik gilingan padi Garut, Engkos Koswara mengatakan, penurunan kinerja produksi yang terjadi sejak tahun lalu dikeluhkan para petani. Kondisi itu pun dikhawatirkan berlanjut hingga musim akhir 2024.

Pada musim panen lalu, ia hanya menggiling gabah kering giling (GKG) sebanyak 1,5 ton. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan produksi tiga tahun lalu yang mampu menembus angka lima ton.

"Jumlah gabah yang datang ke kami juga menurun. Mungkin karena hasil panen dari para petani juga turun drastis," kata Engkos di Kabupaten Garut, Rabu (26/6/2024).

Selain itu, petani di Garut, Herdiansyah menyebutkan, rendahnya angka produksi terjadi karena mundurnya masa tanam 2024. Cuaca buruk yang terjadi selama awal tahun menjadi pemicu.

Dia pun meminta kepada pemerintah daerah memperkuat jaminan untuk petani di tengah kondisi sulit. 

"Jaminan itu guna melindungi petani dari kerugian akibat gagal panen, bencana alam, serangan organisme pengganggu pertumbuhan, sampai dampak perubahan iklim," ujar Herdiansyah.

Di tengah rendahnya angka produksi, petani juga mengeluhkan pupuk subsidi yang langka. Bahkan, stok yang ada justru dijual mahal kepada petani-petani besar.

Menurut Herdiasnyah, setiap tahunnya selalu dihadapkan dengan permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi. Alokasi dari pemerintah diklaim tidak sampai pada petani. minimnya realisasi alokasi kebutuhan subsidi pupuk kepada para petani dianggap menjadi salah satu kelemahan administrasi yang dibangun oleh pemerintah pusat.

"Saya pernah menemukan pupuk-pupuk subsidi yang dijual non subsidi. Pupuknya dijual kepada petani-petani besar. Modusnya selalu begitu setiap tahunnya," kata Herdiansyah.

Minimnya suplai pupuk bersubsidi berkaitan dengan membengkaknya ongkos produksi. Sementara, nilai jual produksi gabah diprediksi bakal anjlok pada musim panen nanti.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper