Bisnis.com, JAKARTA - Investor asal China akan membangun pabrikan garmen di Indonesia dalam waktu dekat. Tak tanggung-tanggung, perusahaan tersebut akan membidik 2 lokasi manufaktur yaitu di Kertajati, Jawa Barat dan Sukoharjo, Jawa Tengah.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan perusahaan tekstil asal China itu telah mendatanginya dan mengungkap rencana investasi hingga penyerapan tenaga kerja.
"Mereka mau buka dia punya industri, pegawainya yang saya senang dia bilang 'Kami pegawai 90.000, dikasih asrama, itu dia mau bangun kita usulkan di Kertajati, dekat di BYD yang dibangun disana," kata Luhut, dikutip Jumat (21/6/2024).
Bahkan, Luhut menyebutkan bahwa pabrik yang dibangun perusahaan tekstil itu akan menyerap tenaga kerja hingga 108.000 lantaran tambahan rencana pembangunan pabrik di Sukoharjo, Jawa Tengah. Investor itu juga berjanji akan memberikan seluruh karyawan tempat tinggal.
Mendengar rencana tersebut, Luhut tak ragu untuk memberikan karpet merah dan bersedia pasang badan apabila terjadi kendala dalam proses pembangunan, termasuk terkait pembebasan lahan untuk pabrik.
"Saya telepon Menteri ATR/BPN [Agus Harimurti Yudhoyono], saya bilag 'Gus kau bisa selesaikan gak keluarkan status tanah itu?' 'Bisa pak, seminggu'. By the next month kita akan mulai lihat konstruksinya," ujar Luhut.
Baca Juga
Di sisi lain, dia juga menjamin infrastruktur kebutuhan air yang nantinya akan terpenuhi dengan baik dari Waduk Jatiluhur atau Bengawan Solo. Namun, dia mewanti-wanti bahwa investasi yang dibawa perusahaan tersebut harus berupa usaha berorientasi ekspor untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi 6,5%-7%.
"Semua kita minta investasi yang berorientais ekspor, kalau mau tumbuh 6,5%-7% harus minta kepada investasi orientasi ekspor. Ini ekspor dia [perusahaan garmen China] bisa sampai US$18 miliar, wah ini saya bilang karpet merah," pungkasnya.
Untuk diketahui, kabar terkait rencana investasi garmen China ini terungkap seiring dengan kondisi industri TPT nasional saat ini yang terkendala lemahnya utilisasi kapasitas produksi dikisaran 50-60%.
Bahkan, kondisi tersebut menyebabkan maraknya PHK massal di industri tekstil. Berdasarkan catatan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), PHK buruh tekstil di sentra industri TPT seperti Bandung dan Solo mencapai 7.200 tenaga kerja sepanjang 2023. Sementara itu, hingga Mei 2024, total PHK telah mencapai 10.800 pekerja.
Adapun, pada kuartal I/2024, jumlah PHK tekstil mencapai 3.600 pekerja atau naik 66,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sejak awal 2023, API juga mencatat kurang lebih 20-30 pabrik tutup.