Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Sebut Hasil Ekspor Indonesia Bisa Capai US$70 Miliar Tahun 2030

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia bisa menghasilkan US$70 miliar dari hasil ekspor pada tahun 2030.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia bisa menghasilkan US$70 miliar dari hasil ekspor pada tahun 2030. Dok ANTARA
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia bisa menghasilkan US$70 miliar dari hasil ekspor pada tahun 2030. Dok ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia bisa menghasilkan US$70 miliar dari hasil ekspor pada tahun 2030.

Luhut mulanya mengatakan, adanya geopolitik mempengaruhi adanya 3 negara besar yang menjadi pusat perdangangan global. Tiga kekuataan tersebut kata Luhut adalah China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Selain ketiga negara tersebut, Luhut menyebut market terbesar perdagangan global juga terjadi di Asia Tenggara atau Asean. Dimana, Indonesia menjadi negara terbesar di wilayah ini.

“Dan kita yang paling kaya di tanah dan kita bersyukur, kita sudah melakukan downstreaming beberapa tahun,” kata Luhut dalam acara MINDialogue di Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Luhut menyampaikan, dengan kebijakan downsteaming yang sudah dilakukan oleh Indonesia, saat ini sudah mendaptkan buah dari kebijakan ini.

Hasilnya, kata Luhut hasil ekspor Indonesia tahun lalu dari hasil downstreaming berhasil mencapai angka US$40 miliar.

“Dan saya pikir tahun 2030 kita akan dari downstreaming ini, kita akan bisa ekspor sampai 70 miliar dolar,” ucapnya.

Sehingga, hal ini memberikan kekuatan bagi dirinya jika Indonesia dapat membangun berbagai ekositem seperti ekosistem kendaraan listrik dari hasil penghilirisasian.

“Saya jelaskan kepada teman-teman saya di Amerika, saya bilang, kami itu tidak sini, kami juga ingin ekosistem. Kami juga pengen negara yang high income country,” ujar Luhut.

Sebagaimana diketahui, Indonesia belakangan ini memang tengah fokus menggeber proses hilirisasi nikel. Bahkan, RI melarang ekspor produk turunan nikel kadar tinggi, baja nirkarat atau stainless steel.

Luhut menekankan hal itu perlu dilakukan karena layer kedua turunan nikel tersebut dinilai paling memiliki nilai tambah bagi Indonesia.

"Layer kedua ini kita harus menikmati karena itu yang paling banyak nilai tambahnya buat bangsa Indonesia dan kita paham sekali mengenai supply demand dan kita paham sekali mengenai market mechanism," pungkas Luhut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper