Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla mengakui teknologinya ketinggalan selama 9 tahun dari China.
Awalnya, Luhut menyingung soal kebijakan proteksionisme AS terhadap industri mineral kritis yang terkait dengan China lewat Inflation Reduction Act (IRA). Kebijakan tersebut menyulitkan Indonesia untuk mengakses peluang ekspor baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) ke pasar AS lantaran dominasi perusahaan China pada industri smelter nikel Indonesia.
Luhut mengingatkan bahwa AS tak dapat mengabaikan kemajuan teknologi China dalam rantai pasok baterai EV. Dia menyebut, China memiliki teknologi smelter high pressure acid leach (HPAL) untuk produksi bahan baku baterai EV yang lebih unggul 9 tahun dibandingkan AS.
Baca Juga
“Dan ini diakui oleh Tesla bahwa mereka memang ketinggalan 9 tahun dari Tiongkok. Jadi kalaupun kalian punya uang, kalian tidak bisa beli waktu,” kata Luhut dalam acara MINDialogue di Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Selain itu, Luhut mengatakan bahwa AS tak bisa agresif mengembangkan EV tanpa dukungan dari Indonesia. AS diketahui bakal meningkatkan produksi EV sampai 11 kali lipat pada 2030. Luhut menyampaikan, cita-cita itu tidak bakal tercapai bila AS mengabaikan peran nikel Indonesia.
“Dan ini saya sampaikan juga pada teman-teman saya di Amerika, saya katakan impossible kalian bisa meningkatkan 11 kali dari apa yang ada sekarang tanpa Indonesia,” ucapnya.