Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai impor Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$19,40 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah menyampaikan, nilai impor tersebut naik sebesar 14,82% jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Habibullah menjelaskan nilai impor migas mengalami penurunan pada Mei 2024 sebesar 7,91% secara bulanan (mtm) menjadi US$2,75 miliar.
Di sisi lain, nilai impor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 19,7% mtm menjadi US$16,65 miliar.
”Naiknya nilai impor secara bulanan terutama disebabkan peningkatan nilai impor nonmigas dgn andil peningkatan 16,22%,” kata Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (19/6/2024).
Sementara secara tahunan, Habibullah mengatakan nilai impor Indonesia pada Mei 2024 mencatatkan penurunan sebesar 8,83%, dengan nilai impor migas dan nomigas turun masing-masing 12,34% dan 8,23%.
Baca Juga
Penurunan impor nonmigas tersebut didorong oleh komoditas kendaraan dan bagiannya (HS 87), besi dan baja (HS 72), serta mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84).
Sebelumnya, ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk. Mika Martumpal justru memprediksi akan terjadi defisit neraca perdagangan pada Mei 2024 senilai US$650 juta.
Salah satu ekonom yang tergabung dalam konsensus, yaitu Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual menyebutkan proyeksi neraca dagang yang lebih rendah dari bulan sebelumnya terjadi akibat harga
“Harga komoditas secara year-on-year [yoy] cenderung meningkat, terutama coal, CPO, dan oil,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (18/6/2024).
Di samping itu, angka nominal impor berpotensi naik atau rebound dari sebelumnya, setelah turun saat ada efek musiman Hari Raya Idulfitri atau Lebaran.
Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede yang meramal surplus berada di angka US$2,13 miliar, memperkirakan pertumbuhan ekspor tahunan sebesar 1,55% yoy pada Mei 2024.
Secara bulanan, ekspor juta diperkirakan akan meningkat 12,38% (month-to-month/mtm) seiring dengan normalisasi kegiatan ekonomi setelah liburan Idulfitri.
“Harga CPO meningkat secara bulanan pada Mei 2024, didorong oleh kenaikan harga barang substitusi seperti minyak kedelai, di tengah penurunan pasokan minyak nabati secara global,” tuturnya, Selasa (18/6/2024).