Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anomali Eropa, Kenakan Pajak Tinggi Mobil Listrik China Tapi Undang untuk Investasi

Pabrikan otomotif asal Prancis, Stellantis akan bekerja sama dengan produsen baterai listrik dari China.
Ilustrasi emiten kendaraan listrik Grup Bakrie PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) menggandeng Grup CATL bangun pabrik konversi bus dan truk listrik.
Ilustrasi emiten kendaraan listrik Grup Bakrie PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) menggandeng Grup CATL bangun pabrik konversi bus dan truk listrik.

Bisnis.com, JAKARTA — Pabrikan otomotif asal Prancis, Stellantis akan bekerja sama dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China untuk memproduksi mobil listrik, dan juga baterainya di Eropa.

Menariknya, dilansir Nikkei Asia, Senin, (17/6/2024), langkah Stellantis yang menggandeng CATL, dan beberapa perusahaan China lainnya merupakan upaya untuk melawan impor produk dari China.

Adapun, Uni Eropa telah mengumumkan tarif tambahan hingga 38% untuk impor mobil listrik dari China.

Stellantis yang memproduksi Fiat, Chrysler, dan Jeep, berupaya meningkatkan produksi Eropa untuk menghindari kewajiban ini sambil mengandalkan perusahaan China yang memiliki biaya kompetitif.

Stellantis akan merevisi rencana produksinya seiring adanya kerjasama dengan CATL. Selain itu, perusahaan patungan Stellantis dengan Mercedes-Benz dan lainnya juga akan membangun fasilitas manufaktur untuk baterai LFP di Jermandan Italia.

CATL merupakan produsen baterai LFP yang produksinya relatif murah lantaran tidak membutuhkan bahan baku logam langka. Baterai LFP dinilai menjadi faktor kunci untuk membuat mobil listrik asal China lebih kompetitif dari segi biaya.

Di Belanda, Stellantis telah bekerja sama dengan Leapmotor sebagai salah satu start up mobil listrik di China. Perusahaan patungan tersebut akan mempertimbangkan produksi mobil listrik Leapmotor dengan fasilitas Stellantis di Eropa.

Nantinya mobil Leapmotor yang diproduksi oleh Stellantis akan dijual ke sembilan negara Eropa termasuk, jerman mulai September 2024.

CEO Stellantis, Carlos Tavares mengatakan perusahaan tidak bisa bersaing dengan hanya menggunakan sumber daya internal seiring masuknya mobil listrik murah ke pasar Eropa.

“Kami menyadari bahwa [pemain Tiongkok] memiliki keunggulan kompetitif dalam hal biaya sebesar 30% dibandingkan dunia Barat,” kata Tavares.

Kemitraan yang dilakukan oleh Stellantis dilakukan seiring terbatasnya produk-produk yang hadir di pasar China. Stellantis hanya mampu mencetak 1% dari penjualan baru di pasar China.

Di satu sisi, Stellantis juga berupaya memangkas biaya dengan tujuan mengurangi beban operasional tahunan sebesar 5 miliar euro atau US$5,39 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper