Bisnis.com, JAKARTA - Media Jepang Yoimuri mengabarkan bahwa penyimpangan sertifikasi pada sejumlah mobil Toyota Motor Corp dan pabrikan lainnya diduga melanggar standar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Melansir Bloomberg, Selasa (11/6/2024), media lokal Yoimuri melaporkan bahwa standar PBB tersebut diadopsi 62 negara dan wilayah, termasuk Jepang, Korea Selatan dan Eropa. Belum jelas sumber yang digunakan Yoimuri terkait isu tersebut.
Sebab, hingga saat ini, Kementrian Transportasi Jepang belum memberikan pernyataan resmi mengenai kelanjutan penyelidikan terhadap kasus yang melibatkan Toyota, Honda Motor, Mazda, Yamaha, hingga Suzuki itu.
Karena standar mobil penumpang di Jepang dan PBB serupa, maka produksi massal berisiko tidak diizinkan di Eropa dan tempat lain jika pelanggaran yang sama terjadi.
Sebelumnya, Kementerian Transportasi Jepang menangguhkan pengiriman dan penjualan enam kendaraan, dengan tiga kendaraannya merupakan buatan Toyota.
Penangguhan tersebut dilakukan pada awal bulan ini, setelah penyelidikan internal menunjukan ketidakkonsistenan dan pemalsuan permohonan sertifikasi keselamatan lima produsen mobil besar, yakni Toyota, Honda Motor Co., Mazda Motor Corp. , Yamaha Motor Co. dan Suzuki Motor Corp.
Pekan lalu, Kementerian Transportasi menyatakan bahwa Toyota menyerahkan data yang tidak sesuai selama uji keselamatan pejalan kaki untuk mobil Corolla Fielder, Corolla Axio dan Yaris Cross. Selain itu empat mobil model lama, termasuk Toyota Crown, terbukti memakai unit yang telah dimodifikasi saat uji tabrak.
Chairman Toyota Akio Toyoda mengatakan bahwa dalam kebanyakan kasus kendaraan diuji dalam kondisi yang lebih ketat dibandingkan yang dipersyaratkan oleh negara. Dia juga menyatakan bahwa bahwa semua kendaraan aman untuk dikendarai.
“Kami mengabaikan proses sertifikasi dan memproduksi mobil kami secara massal tanpa terlebih dahulu mengambil langkah pencegahan yang tepat,” tuturnya dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/6).
Toyoda juga meminta maaf kepada pelanggannya dan semua penggemar otomotif terkait kasus ini.
Penghentian pengiriman akan memengaruhi dua jalur perakitan yang memproduksi 130.000 unit per tahun. Toyota, produsen mobil terbesar di dunia ini diketahui membuat dan menjual lebih dari 11 juta kendaraan penumpang pada tahun lalu.