Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MBR Didorong Beli Rumah Lewat Tapera, Memori Krisis 2008 Muncul Lagi?

Polemik program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) ternyata membuka memori krisis properti 2008. Ada apa?
Calon pembeli mencari informasi tentang rumah subsidi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (18/1/2023). Pembelian unit KPR FLPP dapat dilakukan melalui dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). - Bisnis/Arief Hermawan P.
Calon pembeli mencari informasi tentang rumah subsidi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (18/1/2023). Pembelian unit KPR FLPP dapat dilakukan melalui dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). - Bisnis/Arief Hermawan P.

Bisnis,com, JAKARTA - Pemerintah gencar mendorong masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk dapat memiliki rumah lewat program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Hal itu sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat. Lewat regulasi itu, MBR dijanjikan dapat mengajukan KPR dalam waktu 12 bulan menjadi peserta Tapera.

Hal itu lantas memunculkan berbagai pro-kontra. Pasalnya, segmen kalangan ini dikhawatirkan berpotensi menyumbang kredit macet atau non-performing loan (NPL).

Alhasil, timbul kekhawatiran apakah program ini akan memantik krisis moneter dari bisnis properti sebagaimana terjadi pada 2008?

Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Rakyat Kementerian PUPR menyebut hal itu diharapkan tidak terjadi.

"Harusnya tidak ya, [tidak akan serupa dengan krisis moneter 2008]," jelasnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (31/5/2024).

Pasalnya, Herry menekankan bahwa penyelenggaraan Tapera dilakukan di bawah pengawasan berlapis.

Menurutnya, Program Tapera ini akan diawasi secara berkala oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Di samping itu, pemupukan dana iuran peserta Tapera juga akan diparkirkan pada instrumen investasi terpercaya dengan rating tinggi.

Dengan demikian, kejadian serupa diharapkan tidak akan terjadi.

"Tadi kan liat sendiri memang returnnya kecil karena mau aman, tapi menurut saya kalau mau di rumah, kita ini inklusif investasinya bisa di sektor rumah lagi," pungkasnya. 

Sebagaimana diketahui, krisis perbankan di Amerika Serikat dan Eropa yang terjadi pada 2008 mungkin belum sepenuhnya hilang dari ingatan masyarakat.

Berdasarkan catatan Bisnis, krisis keuangan 2008 dipicu oleh subprime mortgage atau KPR yang disalurkan kepada debitur dengan profil risiko tinggi.

Hal itu lantas membuat kredit macet di sektor properti melambung dan memberikan efek domino yang sangat besar.  

Satu perusahaan raksasa yang ambruk kala itu adalah Lehman Brothers.

Kejatuhan bank investasi nomor empat AS yang berusia 158 tahun tersebut dan sejumlah perusahaan lain membuat dampak buruk tersebar sangat cepat. 

Bahkan, AS mencatat kebangkrutan Lehman Brothers adalah yang terbesar sepanjang sejarah negara tersebut.

Bank ini memiliki total utang US$613 miliar dan aset US$639 miliar. Kejatuhan besar lainnya, yaitu Worldcom Inc dengan aset US$126 miliar dan Enron Corp beraset US$81 miliar. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper