Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo) menilai harga batu bara saat ini masih fluktuatif kendati mengalami tren penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Ketua Umum Aspebindo Anggawira mengatakan situasi itu tidak bakal membuat capaian produksi ikut terkoreksi. Dia beralasan tren permintaan batu bara tetap stabil di pasar domestik dan luar negeri.
“Permintaan dalam negeri kan cukup tetap ya, seperti Asia yang baru ini Bangladesh dan India ada banyak permintaan juga. Fluktuasinya tidak signifikan rentang naik turun di kisaran 10% saja,” kata Anggawira saat dihubungi, Jumat (24/5/2024).
Kendati demikian, dia memperkirakan harga batu bara bakal kembali rebound seiring dengan sentimen penguatan harga minyak mentah dunia nantinya.
“Tren harga minyak juga pasti akan naik, ya itu pasti akan mengerek permintaan dari batu bara,” kata dia.
Seperti diketahui, rata-rata harga batu bara acuan (HBA) periode Januari sampai dengan Mei 2024 berada pada kisaran US$118 per ton atau lebih rendah sekitar 40% dibandingkan dengan rerata HBA pada 2023 lalu pada level US$201 ton.
Baca Juga
Tren harga itu diperkirakan bakal tetap fluktuatif di rentang US$110 per ton sampai dengan US$120 per ton sampai akhir tahun ini.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan produksi batu bara hingga akhir tahun kemungkinan bakal melewati rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) yang telah ditetapkan pada level 922,14 juta ton. Proyeksi itu dibuat kendati harga batu bara belakangan mulai mengalami penurunan.
“Tren produksi batu bara tahun 2024 akan sesuai dengan rencana awal pada RKAB bahkan berkemungkinan meningkatkan dengan adanya rencana revisi produksi oleh badan usaha pertambangan,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Siti Sumilah Rita Susilawati saat dikonfirmasi, Jumat (24/5/2024).
Adapun target produksi dalam RKAB 2024 itu berasal dari 587 pemegang izin usaha pertambangan. Sementara itu, produksi batu bara pada 2025 dan 2026 ditetapkan masing-masing pada level 917,16 juta ton dan 902,97 juta ton.
Siti menerangkan harga batu bara yang cenderung turun belakangan itu masih bersifat fluktuatif. Dengan demikian, tren harga batu bara yang masih fluktuatif itu tidak bakal mengoreksi tren peningkatan produksi batu bara awal tahun ini.
Berdasarkan data buku saku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, realisasi produksi batu bara sampai April 2024 telah mencapai 249,567 juta ton.
Artinya terdapat peningkatkan realisasi produksi sekitar 3 juta ton dibandingkan torehan pada periode yang sama tahun sebelumnya di level 246,411 juta ton.
“Untuk harga batu bara dunia sampai saat ini akan sulit diprediksi karena pada tren sampai dengan triwulan I/2024 terjadi fluktuatif harga yang cenderung naik dan turun,” kata dia.