Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyoroti harga tiket pesawat domestik yang semakin tinggi, khususnya di wilayah timur Indonesia.
Direktur Transportasi Kedeputian Sarana dan Prasarana Bappenas Tri Dewi Virgiyanti mengatakan tarif penerbangan domestik tidak masuk akal sehingga aturan tarif batas/bawah tiket pesawat perlu ditinjau ulang.
"Penerbangan domestik itu tarifnya tidak masuk akal, saya ini termasuk korban. Mau ke Singapura lebih murah daripada ke Makassar, kemana-kemana kalau jalan-jalan itu mending ke luar gitu daripada misalnya ke Bali," kata Virgi dalam Forum Diskusi Transportasi, Jumat (17/5/2024).
Kondisi tersebut menjadi salah satu isu strategis di sektor transportasi yang disebabkan minimnya konektivitas backbone antar pulau dan tata kelola operasional yang mesti dibenahi.
Dia mencatat 90% trafik penerbangan masih terpusat di 4 bandara utama yakni Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Juanda, dan Kualanamu. Selain itu, menurut dia, integrasi dengan sejumlah kawasan belum optimal.
"Ongkos domestik lebih mahal dari sisi udara dan pelayaran. Saya gak tahu kenapa, ada monopoli kah, ada tata kelola yang tidak beres kah? Itu yang kita dorong untuk benahi," ujarnya.
Baca Juga
Di samping itu, Virgi juga membeberkan isu strategis lainnya yang perlu diperbaiki terkait pemenuhan standar teknis dan layanan bandara. Sebab, 50% bandara di Tanah Air masih belum memenuhi standar tersebut.
Lebih lanjut, dia menyoroti on time performance penerbangan domestik yang masih jauh di bawah negara lain. Dalam RPJMN 2025-2029, Bappenas menargetkan peningkatan on time performance menjadi 89% pada 2029.
Untuk meningatkan konektivitas backbone penerbangan domestik, Bappenas memiliki sejumlah kebijakan mulai dari peningkatan efisiensi rute penerbangan melalui hub & spoke, pengembangan hub dan integrasi bandara dengan kawasan ekonomi dan pariwisata.