Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia atau World Bank akan menerbitkan B-Ready atau laporan yang mengukur lingkungan bisnis dan iklim investasi di sebagian besar perekonomian di seluruh dunia pada 24 September 2024 mendatang.
B-Ready merupakan pengganti dari Ease of Doing Business (EoDB) yang dihentikan penerbitannya karena skandal penyimpangan data.
Tenaga Ahli Menteri Investasi Rizal Calvary Marimbo menyampaikan pada dasarnya, dahulu indikator dari EoDB tidak mempengaruhi lajunya aruh investasi asing ke Indonesia.
Menurut tanaga Ahli di Kementerian yang dipimpin oleh Bahlil Lahadalia itu, karena persepsi akan EoDB, Indonesia memang melakukan reformasi regulasi besar-besaran. Nyatanya, EoDB Indonesia yang naik 50 peringkat periode 2014-2017 justru tidak sejalan dengan penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) yang malah anjlok.
Sementara China dan India dengan EoDB yang melandai justru membukukan FDI yang sangat tinggi. Malaysia dan Thailand yang memiliki EoDB kategori bagus, justru FDI-nya stagnan.
“Belajar dari pengalaman di atas, apakah EoDB [B-Ready] yang akan segera hadir tak ada manfaatnya? Tetap ada. Indonesia pernah melakukan reformasi dan perbaikan perizinan dan sebagainya, sebab adanya EoDB ini,” tuturnya dalam keterangan resmi, Minggu (12/5/2024).
Baca Juga
Meski demikian, dia Rizal mengilustrasikan bahwa B-Ready Bank Dunia layaknya rapor sekolah. Di mana siswa yang nilainya bagus belum tentu bisa sukses dalam karirnya ke depan. Sedangkan siswa yang nilainya pas-pasan, belum tentu juga tidak bisa sukses.
“Indonesia, China, dan India adalah siswa yang nilai rapornya pas-pasan. Tapi jauh lebih sukses menarik FDI dari negara lain,” tuturnya.
Dengan kata lain, meski dapat menjadi pertimbangan investasi, laporan ini tidak dapat menjadi acuan utama dan satu-satunya dalam kemudahan berusaha.
Dirinya justru mengklaim, pada saat EoDB pensiun pada 2020 dan tidak ada indikator kemudahan berusaha, investasi asing di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia justru melesat.
“Tetapi dengan B-Ready ini nantinya, kita bisa bercermin dan bersolek supaya layanan bisnis dan investasi di negara ini lebih cakep dan menggemaskan,” lanjutnya.
Sebagai informasi, EoDB dalam hal ini dipensiunkan dan digantikan oleh B-Ready setelah vakum akibat Covid-19 dan skandal manipulasi data serta kasus-kasus lainnya yang menyeret nama Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva.
Pada laporan pertama B-Ready yang akan rilis pada 24 September 2024, akan memuat hasil survei di 60 negara. Kemudian pada tahun selanjutnya, akan lebih banyak negara yang disurvei.
Adapun, Realisasi PMA pada kuartal I/2024 tercatat sebesar Rp204,4 triliun, tumbuh sebesar 15,5% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Lima negara yang mencatatkan realisasi tertinggi PMA di dalam negeri, yaitu Singapura dengan realisasi sebesar US$4,2 miliar, Hong Kong US$1,9 miliar, China US$1,9 miliar, Amerika Serikat US$1,1 miliar, dan Jepang US$1,0 miliar.
Secara spasial, PMA terbesar terealisasi di Jawa Barat, yaitu mencapai US$2,7 miliar, diikuti Sulawesi Tengah sebesar US$1,7 miliar.