Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Nilai Investasi Rp400 Miliar

Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo Subianto, membangun pabrik Timah untuk pembuatan solder di Batam dengan nilai investasi Rp400 miliar.
Pengusaha Hashim Djojohadikusumo (tiga dari kiri) saat menekan sirine pembangunan pabrik solder PT Stania di Batam. JIBI/Rifki Setiawan
Pengusaha Hashim Djojohadikusumo (tiga dari kiri) saat menekan sirine pembangunan pabrik solder PT Stania di Batam. JIBI/Rifki Setiawan

Bisnis.com, BATAM - Hashim Djojohadikusumo, pengusaha kelas kakap sekaligus adik dari Presiden terpilih Prabowo Subianto, membangun pabrik timah yang fokus pada pembuatan solder di Batam bernama PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania) dengan investasi awal sebesar Rp 400 miliar.

Adapun, target produksi solder yang ditetapkan PT Stania sebesar 2.000 ton per tahun. Stania merupakan anak perusahaan dari Arsari Tambang (Arsari Group).

Hashim, yang merupakan komisaris utama Arsari Group, mengatakan target fase pertama dari produksi 2.000 ton solder, yakni meraup omset sebesar Rp 1,2 triliun.

Solder buatan Stania berbahan dasar timah, mulai dari solder wire hingga solder paste. Timahnya berasal dari Pulau Bangka, yang dikelola oleh Arsari Tambang. Pabrik Stania akan menggunakan proses produksi, sistem, dan bahan baku yang rendah emisi karbon, dan menerapkan standar internasional ISO 9001, 14001, 50001, dan 45001.

Selain itu, Stania mendapat target untuk merebut pasar ekspor solder di Taiwan, India, Amerika dan China.

"Kami berharap sesuai pengembangan pasar bahwa soldier ini diperlukan untuk produksi alat-alat elektronik, seperti mobil listrik, smartphone, televisi, radio dan alat elektronik lainnya," kata Hashim usai peresmian Stania di Kawasan Industri PT Tunas Prima di Kabil, Batam, Jumat (10/5/2024).

Hashim juga menjelaskan alasan pemilihan Batam sebagai lokasi pembangunan Stania, karena pertimbangan dinamika ekonomi di Asia Tenggara.

"Banyak pabrik dari China pindah ke Vietnam, Malaysia dan Thailand. Jadi ini pertimbangan positif untuk Indonesia, karena pabrik-pabrik tersebut manufaktur elektronik. Jadi butuh solder untuk pengikat lem, komponen dan sebagainya," ungkapnya.

Dia juga menjelaskan untuk saat ini jumlah tenaga kerja di Stania berjumlah 320 orang, yang terdiri dari 80 karyawan tetap dan 240 karyawan kontrak.

Di tempat yang sama Komisaris Utama Stania, Aryo Djojohadikusumo mengatakan Batam menjadi pilihan utama karena memiliki banyak industri manufaktur elektronik, seperti Infineon, Pegatron, dan lainnya.

"Banyak yang tak tahu kalau Iphone juga diproduksi di Batam. Ditambah lagi pemerintah pusat dan daerah serta BP Batam sediakan fasilitas fiskal, bebas bea, jadi penambahan kapasitas sangat mudah. Karena faktor-faktor tersebut, pasti bisa bersaing dengan para kompetitor," jelasnya.

Menurut Aryo, saingan terbesar yakni India dan Malaysia yang sekarang merupakan eksportir solder terbesar di dunia. Stania ingin rebut pasar itu karena timah di Indonesia harganya lebih kompetitif. 

Gubernur Kepri Ansar Ahmad melihat kehadiran Stania merupakan tanda bahwa iklim investasi di Batam semakin kondusif.

"Kepulauan Riau (Kepri) menjadi poin penting dalam peta investasi regional. Dukungan hilirisasi mineral timah menjadi langkah awal untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan ciptakan lapangan kerja baru," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper