Bisnis.com, SAMOSIR – Bank Indonesia (BI) melakukan revisi atau perubahan terkait arah penurunan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reseve, akibat kondisi ekonomi negara tersebut belum sesuai perkiraan.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya mengungkapkan data inflasi AS pada Maret 2024 sebesar 3,5% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari perkiraan BI.
Untuk itu, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir pada 22-23 April 2024, bank sentral Indonesia tersebut memutuskan mengubah asumsi penurunan FFR, di mana hanya akan turun satu kali tahun ini pada Desember.
“Karena tadi, ekonomi AS termasuk inflasinya ternyata masih cukup kuat dan inflasi tidak turun secepat yang diperkirakan,” ungkapnya dalam Pelatihan Jurnalis di Pulau Samosir, Sumatra Utara, Minggu (28/4/204).
Sebelumnya, BI berasumsi The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya tiga kali sepanjang tahun ini.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, BI telah memiliki tiga skenario arah penurunan suku bunga The Fed atau FFR.
Baca Juga
Pertama, skenario baseline dengan tingkat probabilitas penurunan sebesar 75%, The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Desember 2024.
Skenario kedua, BI mengkategorikannya dengan probabilitas 50% hingga 75% yang BI sebut sebagai potential risk atau risiko potensial.
Dalam risiko potensial, Fed Fund Rate tidak akan turun pada tahun ini dan tetap terjaga pada level 5,25% hingga 5,5%. Dengan demikian, FFR baru akan turun pada kuartal I/2025 atau kuartal II/2025 sebesar 50 bps.
Sementara skenario terakhir atau dengan tingkat probabilitas di bawah 50%, Juli menyampaikan The Fed akan terus bersikap higher for longer dan baru akan turun sebesar 25 bps pada 2025.
Sejalan dengan The Fed yang menahan level suku bunga 5,25%-5,5% lebih lama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada 23 April 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan selain untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, kenaikan suku bunga acuan ini sebagai langkah preventif menjaga inflasi di target sasaran tersebut.
“Bauran kebijakan yang kami putuskan dalam Rapat Dewan Gubernur bahwa BI-Rate naik 25 bps itu.. juga untuk preventif untuk memastikan sasaran inflasi 2,5% plus minus 1%,” ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (24/4/2024).