Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Jelaskan Penyebab Serapan Gabah Rendah saat Panen Raya

Bulog menjelaskan serapan gabah yang masih rendah meski ada panen raya.
Petani merontokkan padi hasil panen di areal persawahan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/10/2018)./JIBI-Rachman
Petani merontokkan padi hasil panen di areal persawahan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/10/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Serapan gabah pada panen raya masih rendah meskipun relaksasi harga pembelian pemerintah (HPP) telah dilakukan. Perum Bulog buka-bukaan soal kendala pengadaan beras lokal di lapangan.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan, rendahnya produksi di petani menjadi faktor utama penyerapan gabah pada tahun ini turun drastis.

Adapun data Perum Bulog mencatat hingga 14 April 2024, jumlah pengadaan dari dalam negeri baru mencapai 120.000 ton gabah atau setara 64.000 ton beras. Jumlah pengadaan beras tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata penyerapan beras petani pada periode Januari-April 2021 hingga 2023 mencapai 375.000 ton.

"Karena produksi tahun ini sampai dengan April lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Bayu saat dihubungi, Rabu (17/4/2024).

Selain produksi padi yang anjlok di tahun ini, Bayu juga membeberkan bahwa kualitas gabah petani menjadi kendala bagi Bulog dalam melakukan penyerapan di lapangan. Menurutnya, tidak sedikit gabah petani yang memiliki kadar air tinggi di atas batas yang ditentukan.

"Kualitas gabah, sebagian besar lebih basah," ujarnya.

Kendati begitu, Bayu mengeklaim bahwa relaksasi HPP gabah menjadi Rp6.000 per kilogram cukup membantu Bulog dalam mengoptimalkan penyerapan gabah petani. Namun, lagi-lagi, kata Bayu, produksi yang terbatas dan kualitas gabah yang rendah menghambat pengadaan.

"Relaksasi HPP cukup membantu, tapi panen yang terbatas dan kualitas yang terganggu juga jadi kendala," jelasnya.

Meskipun menghadapi banyak tantangan dan hambatan dalam melakukan pengadaan beras lokal di tengah panen raya, Bayu mengaku tetap optimistis Bulog dapat menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) berada dalam kondisi aman minimal 1,2 juta ton hingga akhir tahun. 

Musababnya, importasi juga menjadi opsi pengadaan yang diandalkan dalam memenuhi stok CBP.  Adapun pemerintah pada tahun ini resmi menugasi Bulog untuk mengimpor beras hingga 3,6 juta ton.

"Pengadaan dalam negeri dan luar negeri [impor] akan dikelola sebaik-baiknya," ucapnya.

Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras. Penyesuaian harga mulai berlaku 3 April hingga 30 Juni 2024.

Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia No. 167/2024 Tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah.

Secara terperinci, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp5.000 per kilogram naik menjadi Rp6.000 per kilogram. Lalu, gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp6.300 per kg naik menjadi Rp7.400 per kilogram.

Sementara itu, HPP beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95%, kadar air 14%, butir patah maksimal 20%, dan butir menir maksimal 2% yang sebelumnya Rp9.950 per kilogram dipatok menjadi Rp11.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper