Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lifting Migas Awal Tahun Meleset, ini Penjelasan SKK Migas

SKK Migas menerangkan melesetnya lifting minyak dan gas (migas) sepanjang kuartal pertama 2024
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menerangkan melesetnya lifting minyak dan gas (migas) sepanjang kuartal pertama 2024 disebabkan karena kendala banjir hingga rendahnya permintaan gas dari industri hilir. 

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro mengatakan terdapat kendala banjir dan persoalan trucking yang melanda sebagian wilayah Sumatera yang belakangan mengoreksi torehan lifting awal tahun. 

“Yang berdampak pada KKKS Pertamina Hulu Rokan, Seleraya Belida, Tiara Bumi, PHE Kampar, PEP wilayah Rantau, Lirik dan Adera,” kata Hudi saat dikonfirmasi, Kamis (11/4/2024). 

Selain itu, kata Hudi, terjadi pengentalan atau congeal minyak di KKKS BSP dan beberapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang mengalami penghentian operasi atau unplanned shutdown

Ihwal melesetnya capaian salur gas, kata dia, lebih banyak disebabkan karena turunnya permintaan dari industri pengguna gas. 

“Penyebab tidak tercapainya penyaluran gas mayoritas disebabkan oleh rendahnya permintaan gas terutama di wilayah Jawa Timur, Natuna dan perpanjangan maintenance di RU V,” kata dia. 

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, torehan lifting minyak Januari-Maret 2024 berada di level 563.000 barel minyak per hari (bopd). Capaian itu mengambil porsi 88,5% dari target APBN 2024 yang dipatok di level 635.000 bopd.  

Sementara itu, capaian salur gas kuartal pertama 2024 baru mencapai 5.075 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Torehan itu sekitar 87,7% dari target APBN yang ditetapkan sebesar 5.784 MMscfd. 

Hudi memproyeksikan lifting migas pada kuartal ke-2 bakal sesuai dengan target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024. Saat itu, kata dia, capaian lifting bakal ditopang oleh rencana produksi ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dari proyek Banyu Urip Infill and Clastic atau BUIC. 

Proyek itu diharapkan dapat meningkatkan produksi minyak Blok Cepu sebesar 42 juta barel. Adapun, pemboran 2 sumur infill carbonate akan dilaksanakan tahun ini, dengan target onstream tahun ini yang disambungkan ke fasilitas eksisting. 

Selanjutnya proyek itu akan diikuti dengan pemboran 3 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastics dalam rentang waktu hingga tahun 2025 dan diharapkan onstream tahun 2026. 

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan torehan lifting minyak dan gas kuartal pertama 2024 masih meleset dari target yang ditetapkan dalam APBN 2024. 

Arifin meminta SKK Migas untuk menjaga raihan lifting migas tahun ini yang kembali melanjutkan tren penyusutan. 

“Tantangan 2024 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Arifin di Kantor Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/4/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper