Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Turun Lagi, Serangan dari Ukraina Terhadap Kilang Rusia Jadi Fokus

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2024 melemah -0,36% atau -0,30 poin menjadi US$82,42 per barel.
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kini mengalami penurunan, setelah sempat kembali mengalami kenaikan terbesar. Hal ini lantaran Rusia diketahui memangkas pasokannya, permintaan bahan bakar jet yang lebih lambat dari perkiraan, dan keputusan The Fed.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (19/3/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2024 melemah -0,36% atau -0,30 poin menjadi US$82,42 per barel pada pukul 16.35 WIB.

Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Mei 2024 juga melemah -0,44% atau -0,38 poin ke level US$86,51 per barel.

Diketahui bahwa  menurut Gunvor Group Ltd., sekitar 600.000 barel kapasitas penyulingan harian Rusia telah dihentikan. Sedangkan JP Morgan Chase and Co. memperkirakan sebanyak 900.000 barel.

Kemudian untuk OPEC+, Irak mengumumkan rencana pengurangan ekspor minyak dalam beberapa bulan mendatang sebagai kompensasi atas ketidakpatuhan terhadap janji sebelumnya untuk mengurangi produksi.

Data baru dari China menunjukan bahwa pertumbuhan output pabrik dan investasi negaranya lebih kuat dari perkiraan pada awal tahun ini. Negeri Tirai Bambu tersebut juga memurnikan minyak mentah dalam jumlah yang mencapai rekor.

Mengutip Reuters, harga minyak juga terbebani oleh bagaimana suku bunga Amerika Serikat (AS) akan berjalan dengan baik, menjelang pertemuan bank sentral negara tersebut. 

"Pasar mungkin berada dalam mode konsolidasi menunggu sinyal penurunan suku bunga dari pertemuan FOMC minggu ini," jelas pemimpin tim sektor energi Bank DBS Suvro Sarkar.

Menurutnya, harga minyak sudah naik cukup banyak dalam dua minggu terakhir dengan mempertimbangkan premi risiko geopolitik yang lebih tinggi setelah serangan terhadap kilang-kilang Rusia.

Sarkar kemudian berpendapat bahwa mungkin akan ada aksi ambil untuk pada level ini, lantaran pihaknya meragukan pergerakan harga di atas US$85 barel per metrik ton akan berkelanjutan dalam jangka pendek untuk Brent.

Dari sisi permintaan, para analis  sedikit berhati-hati terhadap pertumbuhan permintaan yang berasal dari sektor bahan bakar jet, menjelang musim perjalanan musim panas pada kuartal III/2024.

Untuk kedepanya, para analis tetap optimis terhadap harga minyak dari sudut pandang analisis teknis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper