Bisnis.com, JAKARTA - Emisi karbon Australia dinilai tidak turun cukup cepat untuk mencapai target iklim 2030 karena penerapan energi terbarukan membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan semula.
Oxfod Economics, dalam sebuah analisis menyatakan bahwa Australia diperkirakan akan gagal mencapai target tersebut dalam beberapa tahun ke depan. Australia bertujuan untuk mencapai tingkat emisi sebesar 43% di bawah tingkat emisi 2005 pada 2030.
"Peluncuran energi terbarukan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Tetapi yang lebih mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa saat ini kita tidak melihat adanya jalan untuk melakukan dekarbonisasi yang berarti untuk mengurangi sektor industri dan melakukan elektrifikasi pada armada kendaraan yang akan memakan waktu puluhan tahun," kata Kristian Kolding, kepala konsultasi Oxford Economics Australia, dilansir dari Bloomberg, Minggu (17/3/2024).
Dunia mengalami rekor tahun terpanas pada 2023, sehingga memperkuat urgensi bagi negara-negara untuk memenuhi target emisi mereka dan memperlambat perubahan iklim. Australia, salah satu penghasil emisi per kapita tertinggi di dunia, telah menetapkan komitmennya untuk mencapai emisi nol bersih pada 2050.
"Jalur yang kredibel menuju net zero memang ada. Kemajuan teknologi dan inisiatif kebijakan mengarahkan perkiraan ke arah tersebut, namun biaya transisinya akan tinggi dan kita belum melihat siapa yang bersedia menanggung biayanya," katanya.
Di bidang ekonomi, Oxford memperkirakan Australia akan terhindar dari resesi teknis yang dibantu oleh pertumbuhan populasi yang kuat.
Baca Juga
Sean Langcake, Kepala Perkiraan Makroekonomi untuk Oxford Economics Australia mengatakan baik kebijakan fiskal maupun moneter berada pada atau mendekati hambatan puncak yang akan berdampak pada perekonomian dalam siklus ini.
Dia tidak memperkirakan Reserve Bank akan mulai menurunkan suku bunga hingga tiga bulan terakhir tahun ini karena inflasi jasa masih tetap tinggi.
RBA diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada level tertinggi 12 tahun di 4,35% ketika mengumumkan keputusannya pada Selasa, 19 Maret 2024.