Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lifting Minyak 2023 Tidak Tercapai, Produksi Migas Andalkan Pertamina

DPR meminta pemerintah memacu produksi minyak di Tanah Air sesuai dengan target yang sudah ditetapkan.
Salah satu entitas bisnis Pertamina mengerjakan proyek migas. Istimewa/Pertamina
Salah satu entitas bisnis Pertamina mengerjakan proyek migas. Istimewa/Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan DPR menyoroti turunnya realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor energi pada 2023. Pada tahun lalu, PNBP sekt

Anggota Komisi VII DPR RI Hendrik Sitompul mempertanyakan kinerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terkait lifting Minyak dan Gas (Migas) yang masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah.

"Terkait target SKK Migas ini sepertinya memang tidak tercapai. Pada akhirnya berdampak pada impor minyak kita. Jadi, ini merupakan beban pemerintah ketika SKK Migas tidak bisa meningkatkan liftingnya, maka impor tetap menjadi sebuah kebutuhan bagi kita," ujar Hendrik, saat RDP Komisi VII DPR dengan SKK Migas dI Ruang rapat komisi VII DPR RI, Senayan Jakarta.

Sementara itu, PT Pertamina (Persero) menjadi produsen minyak mentah terbesar di Indonesia. Hingga akhir 2023, melalui subholding hulu PT Pertamina Hulu Energi mencapai tingkat produksi hingga 566 ribu barel minyak per hari (barrel oil per day/BOPD), atau sekitar 68% produksi minyak mentah nasional. 

Tercatat produksi gas 2023 dari subholding hulu menyumbang 33% produksi nasional, atau setara 2.766 Juta Standar Kaki Kubik per Hari (Million Standard Cubic Feet per Day/MMSCFD). 

Sehingga, produksi minyak dan gas (migas) Pertamina mencapai 1.044 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan Pertamina Group merupakan penyumbang terbesar pada produksi minyak nasional. 

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), sebagian besar dari 10 perusahaan produsen minyak terbesar yang beroperasi di dalam negeri, merupakan anak usaha atau afiliasi Pertamina. 

“Pertamina berkontribusi secara mayoritas untuk produksi minyak Indonesia. Ini menunjukkan komitmen kami dalam menjaga ketahanan energi nasional,” kata Fadjar seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (14/3/2024). 

Produksi migas terbesar berasal dari Pertamina EP, Pertamina ONWJ, Pertamina Hulu Mahakam, serta Pertamina Hulu Rokan yang mengambilalih operasional Blok Rokan pada Agustus 2021. Blok Rokan mampu menyumbang produksi minyak tertinggi di Indonesia yakni sebesar 161.623 bph.

“Di tangan anak usaha Pertamina produksi lapangan minyak di Blok Rokan terus meningkat, sehingga mampu berkontribusi signifikan dalam produksi minyak nasional,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya,  PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), pengelola Blok Rokan, menyalip torehan produksi minyak dari operator Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) sepanjang 2023. 

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan realisasi produksi PHR sepanjang 2023 mencapai 161.623 barel setara minyak per hari (bopd) atau 86,03% dari target lifting dalam APBN 2023 di level 187.870 bopd. 

Sementara itu, realisasi produksi EMCL dari Lapangan Banyu Urip berada di level 155.444 bopd atau 107,95% dari target lifting minyak APBN sepanjang tahun lalu. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menargetkan raihan produksi minyak dari Blok Cepu bisa kembali ditingkatkan seiring dengan pengeboran sumur infill carbonate pada Jumat (1/3/2024).

“Banyu Urip Infill yang beberapa waktu lalu tajaknya sudah dimulai diharapkan menambah 30.000 bopd,” kata Tjip sapaan karibnya saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Jakarta, Rabu (13/3/2024). 

Seperti diketahui, realisasi lifting minyak per 31 Desember 2023 berada di level 612.000 bopd. Torehan lifting itu lebih rendah dari target yang ditetapkan di dalam APBN 2023 di level 660.000 bopd.

SKK Migas mengatakan, rendahnya realisasi lifting minyak itu disebabkan sejumlah proyek tertunda yang ikut dibarengi dengan beberapa penghentian operasional atau unplanned shutdown

Beberapa penghentian operasional itu, di antaranya terkait dengan kebocoran pipa dan power outgage di PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), kebocoran pipa di PHE Offshore North West Java (ONWJ), tanah longsor di Lapangan Kedung Keris milik ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL), kendala Train-1 pada KKKS bp. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper