Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) memproyeksikan harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) pada semester I/2024 akan berada di kisaran US$950-US$1.000 per ton.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan, harga minyak sawit pada Februari 2024 sudah menyentuh level US$980 per ton. Dengan begitu, dia optimistis masih ada peluang harga minyak sawit mencapai US$1.000 per ton pada semester I/2024.
"Harga di kisaran US$950-US$1.000 [per ton], harga sekarang US$960-US$980 [per ton]," ungkap Eddy dalam konferensi pers, Selasa (27/2/2024).
Adanya, peluang harga CPO menyentuh US$1.000 per ton pada semester I/2024 ini disebabkan panen kedelai di Brazil yang tidak maksimal. Selain itu, penanaman rapeseed dan bunga matahari belum dilakukan di Amerika Utara dan Eropa karena adanya musim dingin.
Kendati begitu, Eddy mengakui bahwa harga minyak sawit berisiko menghadapi tekanan imbas produksi minyak nabati lainnya pada semester II/2024. Para produsen minyak kedelai dan lainnya di Amerika Serikat maupun Eropa sudah mulai berproduksi saat musim dingin berakhir. Adapun, selama pangsa minyak sawit di pasar global mencapai 33%.
"Semester II kita lihat, kalau ternyata mereka [produsen minyak nabati lain] sudah bisa produksi lagi, ini minyak nabati lain akan menekan harga minyak sawit," tutur Eddy.
Baca Juga
Meskipun berisiko tertekan imbas minyak nabati lainnya, Eddy mengaku harga minyak sawit Indonesia masih akan tertolong oleh konsumsi di dalam negeri yang terus tumbuh. Apalagi dengan pemakaian minyak sawit untuk produk biodiesel.
Gapki mencatat pada 2023, konsumsi minyak sawit domestik mengalami kenaikan 8,9% (year-on-year) dari 21,24 juta ton pada 2022 menjadi 23,13 juta ton pada 2023. Implementasi kebijakan B35 secara efektif dilakukan pada juli 2022 telah meningkatkan konsumsi minyak sawit sebesar 17,68%, yakni dari 9,04 juta ton pada 2022 menjadi 10,65 juta ton pada 2023.
"Kalau kita enggak pakai untuk energi, harga [CPO] makin jatuh lagi. Jadi sudah bagus sekarang ini. Dengan pemakaian dalam negeri meningkat menyebabkan harga jadi stabil," kata Eddy.
Selain itu, eksplorasi pasar ekspor baru menjadi langkah yang terus digenjot. Menurut Eddy, saat ini mereka terus berupaya mengekspansi pasar ekspor minyak sawit ke Afrika, Timur Tengah, dan Eurasia.
Sebagai contoh yang sudah dilakukan, kata Eddy, Indonesia telah meminta Tanzania untuk menjadi hub untuk permintaan minyak sawit dari negara di sekitarnya. Dalam waktu dekat, Eddy juga membeberkan bakal melakukan pameran minyak sawit Indonesia di Nigeria.
"Nigeria itu penduduknya cukup besar, mereka kebutuhan minyak sawitnya juga besar. Supaya kita jangan tergantung pada pasar tradisional saat ini," tuturnya