Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTN Bidik Penyaluran KPR 2024 Tumbuh 11%, Perbanyak Konsumen Menengah Atas

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menargetkan penyaluran kredit perumahan rakyat (KPR) tumbuh sekitar 10-11% sepanjang 2024.
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menargetkan penyaluran kredit perumahan rakyat (KPR) tumbuh sekitar 10-11% sepanjang 2024. Bank pelat merah ini bakal lebih banyak membidik konsumen segmen menengah ke atas.

Direktur Konsumer BTN Hirwandi Gafar mengatakan, animo masyarakat untuk memiliki rumah tahun ini cukup bagus. Hal ini membuat BTN optimistis mencapai target tinggi pada 2024.

“Peluang KPR untuk tumbuh masih sangat besar, hal ini dikarenakan backlog perumahan yang masih tinggi sekitar 12,7 juta. Jadi potensi pasar KPR untuk terus bertumbuh masih sangat besar,” ujarnya, Senin (12/2/2024).

Pada 2024, BTN akan terus berfokus pada penyaluran KPR subsidi dan nonsubsidi sebagai mesin penggerak. Di KPR nonsubsidi terdapat mesin baru bernama consumer self center di mana pada tahun lalu terdapat di tiga tempat, yakni Kelapa Gading Jakarta, BSD City, dan Surabaya.

“Ini akan melihat seberapa efektif di tiga tempat tersebut. Lokasi tersebut penjualan rumah-rumah dari developer nasional terbesar,” katanya.

Sepanjang tahun ini, BTN akan menambah tiga lokasi consumer self center di Medan, Bandung, dan Makassar. Hingga akhir tahun 2024, ditargetkan terdapat enam lokasi consumer self center sebagai mesin penggerak KPR nonsubsidi dengan plafon hunian lebih dari Rp750 juta.

“Kenapa masuk ke sana? Kami ingin portofolio per unit akan terus meningkat. Dulunya Rp300 juta, sekarang sudah menuju ke Rp500 juta,” ucap Hirwandi.

Melalui consumer self center ini, BTN akan memperbanyak segmen konsumen kalangan menengah ke atas. Pasalnya, KPR BTN selama ini didominasi dari segmen menengah ke bawah.

“KPR nonsubsidi enggak hanya masuk developer nasional based tier 1 dikelola consumer self center, tapi kami masuk ke developer tier 2, yakni developer skala daerah dan regional. Mereka punya rerata lahan 30 hektare sampai 100 hektare dengan harga jual Rp500 juta hingga Rp1,5 miliar,” tuturnya.

Hirwandi menambahkan, BTN juga akan masuk ke developer properti tier 3, yakni kelompok gold dan platinum. Dia menuturkan, mesin pertumbuhan BTN selanjutnya, yakni memperbanyak kredit agunan rumah. Hal itu dikarenakan keinginan agar debitur BTN dapat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki BTN.

“Selama mereka KPR di BTN mereka butuh sumber pendanaan kebutuhan mereka. BTN masuk di situ, dengan cukup memanfaatkan rumah mereka dengan top up di situ, caranya dengan digitalisasi,” ujarnya.

BTN tetap berusaha menjadi pemain utama pembiayaan KPR subsidi dengan rerata penyaluran 85% dari total kuota yang dialokasikan oleh pemerintah sehingga market share BTN akan tetap terjaga pada level tersebut.

Hingga akhir tahun 2023, BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp333,69 triliun atau naik 11,9% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp298,28 triliun. Pertumbuhan di sisi kredit dan pembiayaan ini melampaui pencapaian kredit yang disalurkan industri perbankan nasional sebesar 10,38% pada tahun 2023.

Pertumbuhan kredit BTN pada 2023 masih didominasi oleh kredit ke sektor perumahan. Adapun, total penyaluran KPR subsidi hingga akhir 2023 mengalami kenaikan 10,9% menjadi Rp161,74 triliun dari perolehan tahun lalu yang sebesar Rp145,86 triliun. Kemudian, untuk KPR nonsubsidi juga mengalami pertumbuhan sebesar 9,5% dari Rp87,82 triliun pada 2022 menjadi Rp96,17 triliun pada 2023.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, target pertumbuhan kredit di tahun ini yang mencapai Rp11,9% (year-on-year/yoy) tersebut tidak jauh berbeda dengan realisasi pertumbuhan kredit di tahun lalu. Target pertumbuhan yang sama tersebut bukan karena masalah pada penyaluran kredit, melainkan karena kondisi likuiditas ketat di pasar.

Adapun, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan secara nasional hanya sebesar 3,8% yoy, sedangkan DPK BTN tumbuh 8,7% menjadi Rp 349,93 triliun pada bulan Desember 2023.

“Jadi kenapa kami menargetkan kredit sama seperti tahun lalu karena pertimbangan DPK-nya mungkin persaingannya masih ketat, tapi kalau kami lihat funding position-nya baik, kami akan dorong revisi naik di kredit. Tapi lihat situasi hari ini, kami belum terlalu berani menargetkan lebih dari 12%,” katanya.

Pihaknya terus memacu penyaluran kredit dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini membuat rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap terjaga dengan baik.

Dengan transformasi yang dilakukan, perseroan berhasil menurunkan NPL gross menjadi sebesar 3% di tahun 2023 atau turun signifikan dari tahun 2022 yang sebesar 3,4%. Bahkan, penurunan sangat terasa jika dilihat dalam 5 tahun terakhir di mana pada tahun 2019 NPL gross BTN masih bertengger di level 4,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper