Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Nasib PSN Era Jokowi hingga Prospek Saham di Tahun Naga Kayu

Nasib proyek strategis nasional di masa akhir jabatan Presiden Jokowi tahun ini menjadi salah satu ulasan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id.
Suasana pembangunan Sumbu Kebangsaan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (22/9/2023). Presiden Joko Widodo menyebut progres pembangunan IKN sudah mencapai sekitar 40 persen. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Suasana pembangunan Sumbu Kebangsaan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (22/9/2023). Presiden Joko Widodo menyebut progres pembangunan IKN sudah mencapai sekitar 40 persen. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis, JAKARTA - Pemerintah menargetkan sebanyak 41 proyek strategis nasional rampung pada tahun 2024. Dari 41 PSN tersebut 31 PSN senilai Rp489,47 triliun ditarget selesai pada periode Januari hingga Oktober 2024 dan 10 PSN lainnya dengan nilai Rp10,52 triliun selesai pada Oktober hingga Desember 2024.

Nasib proyek strategis nasional di masa akhir jabatan Presiden Joko Widodo tahun ini menjadi salah satu berita pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Kamis, (8/2/2024). Berikut selengkapnya. 

1. Menerka Nasib Penyelesaian Proyek Strategis Nasional di Akhir Rezim Jokowi

Pada tahun lalu, pemerintah sempat mencoret 12 proyek dari daftar proyek strategis nasional (PSN). Ketetapan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No 8/2023 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No 7/2021 Tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional. 

Sejak tahun 2016 hingga akhir 2023, pemerintah telah membangun dan menyelesaikan 190 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai invetasi mencapai Rp1.515,4 triliun. Khusus tahun lalu beliau, kenalpppterdapat 37 proyek yang rampung tersebar di seluruh Indonesia dengan nilai Rp654 triliun. 

Adapun saat ini, melihat capaian PSN hingga 2023, selain yang sudah rampung, setidaknya terdapat 30 proyek dan 9 program yang telah beroperasi sebagian dengan nilai Rp788,5 triliun. Selain itu, terdapat 50 proyek dengan nilai Rp828 triliun yang telah masuk dalam tahap konstruksi.

Bagaimana nasib proyek strategis Jokowi sebelum longsor?

2. Tancap Gas Pertamina Hulu Energi Berburu Cadangan Migas Raksasa

Temuan sumber daya minyak dan gas bumi (migas) di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir memberikan keyakinan bahwa Indonesia masih memiliki potensi cadangan migas yang besar.

Ditambah lagi dengan letak geografis Indonesia yang dinilai sangat strategis bagi perdagangan energi dunia, membuat raksasa migas global bahkan tetap menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penting untuk portofolio bisnis mereka.

PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pun harus bergerak cepat untuk mengoptimalkan aset sekaligus menjaga laju produksi migas saat ini dengan lebih masif dan agresif lagi berburu cadangan migas raksasa atau 'big fish' yang tersimpan di perut Bumi Pertiwi. 

Terlebih, volume konsumsi migas di dalam negeri diproyeksikan kian tinggi sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan energi nasional. Kendati pada saat yang sama pemerintah juga menggencarkan pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), hingga 2050 nanti setidaknya Indonesia masih membutuhkan migas untuk mencukupi kebutuhan energi nasional.

Adapun berdasarkan proyeksi PHE, kebutuhan energi nasional bakal mencapai 500 million tonne of oil equivalent (mtoe) pada 2030 yang dipenuhi dari minyak 25%, gas 22%, batu bara 30%, dan energi terbarukan 23%. Permintaan itu akan meningkat menjadi 1.000 mtoe pada 2050 dan kontribusi minyak masih pada kisaran 20% dan gas 24%.

3. Membaca Fengsui Pasar Saham di Tahun Naga Kayu

Tahun Naga Kayu 2024 bakal membawa peruntungan tersendiri di pasar saham.  Investor dapat mencermati sektor-sektor serta saham pilihan yang berpotensi hoki tahun ini, sembari sebisa mungkin menghindari saham-saham yang terancam boncos.

Hari Raya Imlek yang jatuh pada akhir pekan ini, Sabtu (10/2/20204) bakal menandai awal dimulainya Tahun Naga Kayu 2024. Seiring dengan itu, investor dapat mulai bersiap diri dengan menggali ramalan peruntungan di pasar saham tahun ini.

Sejumlah ahli fengsui pun punya beragam pandangan tentang peluang pasar di tahun ini. 

Ahli Fengshui Master Ken Koh dalam riset yang dirilis oleh Maybank Investment Banking Group mengatakan bahwa awal Tahun Naga Kayu 2024 masih diwarnai oleh gejolak konflik di Timur Tengah yang berdampak ke pasar. Namun, potensi konflik itu diprediksi akan mereda.

Dia mengatakan bahwa berdasarkan elemen logam, saham-saham di sektor emas, perbankan, pertambangan, dan otomotif akan terdampak sentimen positif dan berpotensi cuan.

4. Sengat Kuat Baterai Lithium-ion di Segmen Pasar ESS 

Permintaan baterai lithium-ion (LIB) di segmen pasar sistem penyimpanan energi (ESS) diproyeksikan mengalami pertumbuhan besar, di samping segmen kendaraan listrik.

Baterai lithium-ion (LIB) merupakan baterai yang menggunakan lithium sebagai material katoda atau anodanya. Ada beberapa jenis LIB, termasuk NCA, NMC, LFP, dan Li-metal.

LIB merupakan jenis penyimpan energi yang paling populer digunakan. Selain menjadi komponen utama kendaraan listrik, baterai juga dibutuhkan oleh industri ESS.

Baterai EV berfungsi sebagai alat sumber tenaga, terutama untuk drone listrik, kendaraan roda dua, mobil, bus, hingga truk listrik. Adapun baterai ESS terutama digunakan untuk penyimpanan tenaga surya, angin, dan energi terbarukan.

SNE Research dalam laporan bertajuk Global ESS Market Outlook 2024-2035 menyebutkan, pasar LIB ESS pada tahun ini diperkirakan bertumbuh 27% dibandingkan dengan tahun lalu menjadi 235 GWh.

5. Asa Garuda Indonesia (GIAA) Kembali Mengangkasa

Tahun ini bakal menjadi momentum bagi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. untuk dapat membalikkan kondisi bisnisnya setelah pergulatan panjang pascakrisis pandemi Covid-19 yang nyaris menghantarkan perseroan ke lembah kebangkrutan.

Hingga kini, emiten berkode saham GIAA ini masih berjuang untuk memperbaiki kinerjanya. Laporan keuangan terakhir perseroan masih mencatatkan ekuitas negatif, atau nilai utang yang lebih tinggi dibanding asetnya.

Defisiensi modal ini menjadikan perseroan masih rentan terhadap kemungkinan untuk kembali gagal memenuhi kewajiban keuangannya. Meski begitu, para kreditur perseroan sebelumnya telah merestui skema restrukturisasi yang dirancang perseroan, sehingga BUMN ini masih memiliki nafas yang cukup panjang untuk dapat memperbaiki bisnisnya.

Untuk itu, tahun ini perseroan merancang beragam strategi untuk dapat meningkatkan kinerja bisnisnya. Lagi pula, meski ketidakpastian masih tinggi, kondisi ekonomi tahun ini kemungkinan sudah akan jauh lebih stabil dibanding kondisi saat pandemi. Belum lagi, era suku bunga tinggi berpotensi segera usai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Rayful Mudassir
Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper