Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kini dalam tren menuju kerugian mingguan terbesar sejak awal November 2023 walaupun saat ini sedang mengalami penguatan. Negosiasi kesepakatan untuk menghentikan perang Israel-Hamas juga mengalami kemajuan.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (18/12/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Maret 2024 menguat 0,28% atau 0,21 poin menjadi US$74,03 per barel pada pukul 15.29 WIB.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak April 2024 juga menguat 0,36% atau 0,28 poin ke US$78,98 per barel.
Menurut para sumber, perundingan tentang gencatan senjata masih dalam tahap awal, dan kemajuan tidak diperkirakan terjadi dalam hari mendatang.
Adapun, masih ada kekhawatiran mengenai potensi eskalasi ketegangan di Timur Tengah. Houthi di Yaman juga terus menyerang kapal pengiriman di Laut Merah dan Teluk Aden. Pasar menunggu respons Amerika Serikat (AS) terhadap serangan drone yang menewaskan tentaranya.
Ekonom di Mizuho Bank Ltd, Vishnu Varathan, mengatakan bahwa tidak mengherankan jika premi risiko geopolitik yang ditempatkan pada minyak mentah memudar, seiring dengan tumbuhnya harapan kemajuan dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.
Baca Juga
"Tetapi konflik yang sudah mengakar dan terpolarisasi seperti ini tidak mungkin memiliki jalan yang linier, tidak terbatas, dan pendek menuju resolusi,” lanjutnya.
Harga minyak telah mengalami kenaikan pada Januari 2024 setelah adanya serangan terhadap pelayaran komersial di Laut Merah. Namun, pasokan yang kuat dan kekhawatiran permintaan dari konsumen utama membuat harga tidak naik jauh lebih tinggi.
OPEC+ kemudian juga memberi isyarat pada Kamis (1/2) bahwa mereka akan tetap melakukan pemangkasan produksi pada kuartal ini. Menurut survei Bloomberg, OPEC mengurangi produksi minyak harian sebesar 490.000 barel pada Januari 2024, lantaran kelompok produsen dan sekutunya melakukan langkah baru untuk mencegah berlebihnya pasokan dan untuk mendukung harga.