Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gibran Singgung Isu Greenflation, Ekonom Ungkap Kondisinya di RI

Sejumlah ekonom menilai Indonesia sudah mengalami inflasi hijau atau greenflation akibat inisiatif transisi energi.
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah ekonom menilai Indonesia sudah mengalami inflasi hijau atau greenflation akibat inisiatif transisi energi yang diambil pemerintah beberapa tahun terakhir.

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Indef Abra Talattov menuturkan, salah satu dampak dari inflasi hijau yang cukup terekam dalam memori masyarakat adalah kelangkaan minyak goreng sejak akhir Desember 2021.

Selain siklus komoditas yang didorong pandemi, program mandatori biodiesel atau bauran Solar dengan bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit juga dianggap sebagai pemicu reli harga minyak sawit saat itu.

“Produksi biofuel ini pernah terjadi preseden buruk menyebabkan lonjakan harga pangan, khususnya minyak goreng di tahun lalu, awalnya peningkatan EBT [energi baru terbarukan], tetapi menyebabkan kenaikan harga minyak goreng,” kata Abra saat dihubungi, Senin (22/1/2024).

Selain bahan baku minyak sawit, Abra menambahkan, inflasi hijau juga belakangan terlihat jelas pada kebijakan larangan ekspor mineral logam.

Abra mengatakan, terjadi kenaikan bahan baku mineral logam di sebagian besar industri akibat kebijakan pemerintah melarang ekspor bahan mentah tersebut.

“Itu kan menaikkan harga bahan baku itu sehingga industri manufaktur di dalam negeri yang memanfaatkan bahan baku tadi tentu menyerap kenaikan biaya dengan meningkatkan biaya produksinya akhirnya konsumen di dalam negeri menanggung beban,” kata dia.

Setali tiga uang dengan Abra, Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal menilai pemerintah mesti cermat mendorong transisi energi sembari meningkatkan daya beli masyarakat.

“Harus bertahap dan melihat karakter domestik kita mana yang bisa dijalankan lebih dahulu mana yang ditunda tidak semuanya diburu-buru,” kata Faisal.

Menurut Faisal, kebijakan transisi energi yang gegabah bisa menyulut inflasi jangka pendek di tengah masyarakat. Sementara itu, kata dia, kemampuan ekonomi masyarakat relatif menengah ke bawah.

“Itu yang jadi pertimbangan dalam hal mendorong ekonomi yang lebih hijau,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka melayangkan pertanyaan soal greenflation kepada Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD saat debat cawapres pada Minggu (21/1/2024).

"Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih," ucap Gibran kepada Mahfud MD.

Meskipun Mahfud MD juga sempat memberikan penjelasan mengenai inflasi hijau hingga ekonomi sirkuler, jawaban Mahfud kemudian dibantah dengan Gibran yang malah mengaitkan dengan gerakan rompi kuning yang terjadi di Prancis beberapa tahun lalu.

Mendengar tanggapan Gibran, Mahfud MD mengatakan bahwa sang cawapres telah ngawur dengan istilah yang dibawanya.

“Saya juga ingin mencari jawabannya, ngawur juga. Ngarang-ngarang tidak karuan, mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada. Kalau akademis itu, gampangnya kalau bertanya yang gitu-gitu recehan,” kata Mahfud MD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper