Bisnis.com, JAKARTA- Aktivitas pembakaran atau flaring di pabrik kimia milik PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) membuat geram warga setempat yang terganggu akibat bau kimia menyengat.
Peristiwa tersebut memunculkan petisi yang menuntut Chandra Asri untuk menghentikan produksi. Petisi tersebut dibuat oleh Aliansi pejuang lingkungan hidup kota Cilegon (DPC GMNI Kota Cilegon).
Dikutip dari Change.org, Senin (22/1/2024) petisi bertajuk 'Stop Membunuh Secara Perlahan Masyarakat Cilegon dengan Kebocoran Gas oleh PT Chandra Asri' itu telah ditandatangani oleh 25 orang.
Aliansi tersebut meminta pabrik Chandra Asri di Cilegon untuk menghentikan produksi karena dinilai lalai dan menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
"Dan berdampak pada kesehatan masyarakat terdampak di beberapa wilayah di kota Cilegon," tulis aliansi tersebut.
Tak hanya itu, para penggugat juga meminta pihak berwajib untuk mengusut tuntas oknum manajemen yang bertanggung jawab atas dugaan kebocoran gas yang mengakibatkan bencana industri pada masyarakat Cilegon.
Baca Juga
Lebih lanjut, masyarakat Kota Cilegon meminta hak keterbukaan informasi dan transparansi dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Polri dengan mengikutsertakan lembaga independen.
"Pemerintah harus tegas, Presiden untuk menurunkan nilai proper PT Chandra Asri menjadi hitam, sebagai penilaian buruk nya kinerja manajemen PT Chandra Asri yang mengakibatkan bencana lingkungan hiduo di kota Cilegon," jelasnya.
Apabila terbukti terjadi kelalaian, maka pihaknya akan mengawal jajaran direksi PT Chandra Asri untuk dibawa ke ranah hukum atas bencana kerusakan lingkungan sehingga menjadi contoh bagi perusahaan kimia lain.
Diberitakan sebelumnya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) membantah informasi yang beredar terkait dengan kebocoran gas di pabrik nya yang berlokasi di Ciwandan, Anyer, Banten. Kondisi ini memicu bau kimia menyengat yang mengganggu aktivitas warga sekitar.
Untuk diketahui, pada Sabtu (20/1/2024) pabrik Chandra Asri mengalami gangguan pada alat sehingga mengharuskan pembakaran di cerobong atau flaring. Asap dari kepulan tersebut mengakibatkan sejumlah warga mengalami sesak napas, mata perih hingga mual dan muntah.
Head of Corporate Communications Chandra Asri Chrysanthi Tarigan mengatakan aktivitas tersebut dilakukan sesuai dengan SOP dan prosedur yang berlaku dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan karyawan serta masyarakat sekitar.
"Kendala berhasil ditangani secara cepat serta dampaknya diminimalisir dengan baik. Dapat kami sampaikan bahwa tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini," kata Chrysanthi, dikutip Senin (22/1/2024).