Bisnis.com, JAKARTA- Emiten produsen petrokimia, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melakukan rekonfigurasi pada proyek Chandra Asri Perkasa 2 (CAP2). Mulanya, proyek penunjang subtitusi impor produk petrokimia itu ditargetkan beroperasi pada 2027.
Alih-alih melanjutkan CAP2, Chandra Asri memilih untuk membangun proyek lain yakni pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) senilai US$800 juta atau Rp12,45 triliun pada awal 2024.
Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy Chandra Asri, Edi Rivai mengatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk pembangunan CAP2 sebagai upaya membantu Indonesia dari ketergantungan impor.
"Pabrik CA-EDC yang kami kembangkan merupakan salah satu bentuk rekonfigurasi CAP2 sekaligus langkah awal dalam pembangunan proyek," kata Edi kepada Bisnis, dikutip Rabu (17/1/2024).
Edi menerangkan, keputusan Chandra Asri untuk menahan investasi CAP2 merupakan hasil pertimbangan melihat perkembangan industri petrokimia yang tingkat volatilitasnya tinggi dipengaruhi kondisi global.
"Kami memutuskan untuk melakukan rekonfigurasi dan juga melihat kembali dari keseluruhan investasi yang akan ditanamkan di CAP2 tersebut," ujarnya.
Baca Juga
Adapun, proyek CAP2 yang memakan nilai investasi US$5 miliar ini telah dimulai sejak 2022 dan ditargetkan beroperasi komersial pada 2027. CAP2 merupakan megaproyek Chandra Asri yang disebut dapat mampu menggantikan impor produk kimiar 4-5 juta ton.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan pengusaha petrokimia lokal kini semakin wait and see untuk melakukan ekspansi refinery maupun pembangunan pabrik bahan baku baru.
"Kalau itu masuk artinya investasi yang ada di Indonesia juga pasti akan mundur, terbukti Chandra Asri 2 di reschedule dulu, karena dia wait and see, pasarnya sampai seberapa besar masih ada ruang untuk dibangun," kata Fajar kepada Bisnis, Selasa (6/11/2023).
Laju investasi industri petrokimia sebagai bahan baku plastik disebut akan tertahan lantaran pengendalian impor yang belum optimal. Hal ini juga didorong kebijakan penurunan bea masuk bahan baku plastik dari Uni Emirat Arab (UEA).
Sebagaimana diketahui, penurunan bea masuk bahan baku plastik menjadi salah satu kebijakan dari 'Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement' atau IUAE-CEPA yang berlaku awal September 2023.