Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) berpendapat bahwa ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed yang cepat dinilai terlalu dini.
Pasalnya, IMF menilai perjuangan melawan inflasi di Amerika Serikat (AS) belum selesai. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, Gita Gopinath, berbicara di World Economic Forum (WEF) yang sedang berlangsung di Davos, Selasa (16/1/2024).
Dia juga mengatakan bahwa pekerjaan belum selesai karena pasar tenaga kerja masih ketat di kedua negara, setelah kenaikan tajam dalam biaya pinjaman dalam dua tahun terakhir.
“Pasar mengharapkan bank sentral [IMF] untuk menurunkan suku bunga secara agresif, saya pikir itu terlalu dini untuk membuat kesimpulan seperti itu,” jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (16/1).
IMF juga memperkirakan suku bunga akan menurun pada 2024. Namun, berdasarkan data yang ia lihat pada saat ini, mereka memperkirakan bahwa penurunan suku bunga lebih terjadi pada paruh kedua 2024.
Pernyataannya sejalan dengan para pejabat moneter global yang menentang harapan investor terhadap pemangkasan biaya pinjaman yang agresif.
Baca Juga
Gopinath mengamati bahwa perekonomian tetap bertahan di tengah kondisi yang ketat, sehingga peluang terjadinya resesi yang mendalam menjadi lebih kecil.
“Kita mempunyai rumah tangga dan perusahaan dengan neraca yang lebih kuat dan kita telah melihat dampaknya namun kita juga melihat ketahanan; Pasar tenaga kerja melambat namun dengan kecepatan yang jauh lebih bertahap,” jelasnya.
Dia mengatakan bahwa IMF merasa skenario soft landing memiliki probabilitas yang meningkat cukup besar, lantaran inflasi telah menurun tanpa perlu kehilangan aktivitas ekonomi yang begitu besar.
Dalam jangka panjang, Gopinath mengatakan suku bunga kebijakan akan lebih tinggi dibandingkan periode setelah krisis keuangan global, ketika bank sentral berusaha meningkatkan inflasi.
Anggota Dewan Pengurus Bank Sentral Eropa Francois Villeroy de Galhau, berbicara di panel yang sama, mengatakan bahwa dengan transformasi ekonomi, termasuk perjuangan melawan perubahan iklim, maka suku bunga akan lebih tinggi dalam jangka panjang.
Adapun, ia mengatakan bahwa suku bunga bank sentral Eropa yakni ECB dapat berada pada “normal baru” sekitar 2% secara rata-rata sepanjang siklus.
“Masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan, saya sepenuhnya setuju dengan Gita [Gopinath] bahwa pekerjaan belum selesai,” kata Villeroy.
Diaa juga mengatakan bahwa suku bunga tidak boleh lebih tinggi saat ini. Jika tidak ada ‘kejutan besar’, yakni melihat pada peristiwa di Timur Tengah, maka langkah berikutnya mungkin adalah penurunan suku bunga pada tahun ini.
Villeroy kemudian juga sependapat dengan Gopinath mengenai prospek pertumbuhan ekonomi, dengan melihat di kedua sisi Atlantik adalah sesuatu seperti pendaratan lunak.