Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan 5 komoditas utama ekspor Indonesia sepanjang 2023. Adapun, nilai total ekspor tahun lalu tercatat sebesar US$258,82 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan komoditas yang paling banyak di ekspor oleh Indonesia, yaitu bahan bakar mineral (HS 27) dengan porsi 22,99% dari total ekspor RI.
"Dengan nilai ekspor sebesar US$59,49 miliar ekspor komoditas ini mengalami penurunan sebesar 16,20% dibandingkan 2022," kata Pudji dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (15/1/2024).
Adapun, negara tujuan utama ekspor bahan bakar mineral secara berturut-turut dikirim ke China dengan porsi 29,55% senilai US$17,58 miliar, disusul India senilai US$7,54 miliar dengan porsi 12,67% dan Jepang sebesar US$6,67 miliar atau 11,21%.
Tak hanya bahan bakar mineral, komoditas utama lain yang di ekspor RI, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati (HS15) sebesar US$28,45 miliar dengan share 10,99%. Tujuan ekspor utama, yaitu China senilai US$6,08 miliar atau 21,37%.
Di posisi ketiga komoditas utama yang di ekspor yaitu besi dan baja senilai US$26,70 miliar atau sebesar 10,32% dari total ekspor tahun 2023. Adapun, tujuan ekspor terbesar yakni China senilai US$18,34 miliar dengan share 68,67%.
Baca Juga
Selanjutnya, komoditas mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85) berada di posisi keempat ekspor tertinggi senilai US$14,35 miliar dengan porsi 5,54%. Negara utama ekspor komoditas ini, yaitu Amerika Serikat senilai US$3,46 miliar dengan porsi 24,09%.
Komoditas utama ekspor tertinggi di posisi kelima yaitu kendaraan dan bagiannya (HS 87) dengan nilai ekspor US$11,15 miliar atau berkontribusi 4,31% pada ekspor 2023. Negara tujuan utama ekspor komoditas ini yaitu Filipina dengan porsi 25,78% atau US$2,88 miliar.
"Jika dilihat menurut komoditas yang mengalami peningkatan nilai ekspor tertinggi, maka komoditas logam mulia dan perhiasan atau permata (HS 71) berada di urutan pertama dengan share terhadap total ekspor sebesar 2,90%," ujarnya.
Pudji menerangkan bahwa komoditas tersebut mengalami peningkatan nilai sekitar US$7,51 miliar dibandingkan 2022. Selanjutnya, nikel mengalami peningkatan nilai ekspor terbesar US$6,82 miliar dengan share 2,63%.