Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral China atau People's Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga sambil menyuntikkan lebih banyak uang ke dalam sistem keuangan, melawan ekspektasi bahwa bank sentral tersebut akan memangkas suku bunganya.
Mengutip Bloomberg, Senin (15/1/2024), PBOC telah mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun, atau yang disebut fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF), sebesar 2,5%.
Kebijakan tersebut bertentangan dengan ekspektasi luas di kalangan para ekonom yang memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama kali akan dilaksanakan pada Agustus 2024.
Kemudian, PBOC juga menawarkan 995 miliar yuan melalui MLF, menghasilkan suntikan bersih sebesar 216 miliar yuan atau sekitar Rp472 triliun yang akan meningkatkan likuiditas dan membantu memenuhi permintaan pendanaan.
“Tidak adanya pemotongan MLF pagi ini menunjukkan tidak ada urgensi dalam hal menambah lebih banyak stimulus,” jelas kepala ekonom Asia di HSBC Holdings Plc., Frederic Neumann, dalam wawancaranya di Bloomberg TV.
Salah satu faktor dari suku bunga yang tidak berubah adalah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, dengan inflasi yang masih membandel di Negeri Paman Sam tersebut menimbulkan ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan memangkas suku bunganya.
Baca Juga
Adapun, setelah inflasi pada Desember 2023 sedikit lebih tinggi dari perkiraan, Presiden The Fed wilayah Cleveland, Loretta Mester, mengatakan Maret 2024 mungkin terlalu dini untuk penurunan suku bunga.
Neumann mengatakan bahwa para pengambil kebijakan China pada dasarnya memberi isyarat bahwa mereka belum yakin apakah The Fed akan segera menurunkan suku bunganya, sehingga menundanya. Ia juga mengatakan bahwa ada perbedaan suku bunga yang besar diantara kedua negara.
"Anda tidak ingin memotong terlalu cepat di China, sehingga Anda mungkin ingin menggunakan suntikan likuiditas dan jenis-jenis alat pelonggaran kredit lainnya daripada penurunan suku bunga secara langsung pada saat ini,” jelasnya.
Ekonom juga mengutip sejumlah pertimbangan lain bagi PBOC yang mungkin menghambat penurunan suku bunga, termasuk kekhawatiran terhadap kekuatan yuan dan potensi penurunan suku bunga yang dapat menciptakan volatilitas.
Bank-bank juga mengalami rekor margin bunga bersih terendah, yang berarti mereka mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk mengurangi biaya pendanaan sebelum dapat menerima dampak dari suku bunga pinjaman yang lebih rendah.