Bisnis.com, JAKARTA — Calon Presiden nomor urut 01 Anies Baswedan mengatakan perlu dilakukannya studi banding kebijakan atau benchmarking dari negara-negara lain guna memajukan industri farmasi dan alat kesehatan nasional.
Dalam dialog bersama Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia, Anies mengatakan para pelaku usaha paling memahami terkait dengan regulasi dari suatu industri. Oleh karena itu perlu juga melihat kebijakan yang sudah diberlakukan negara lain untuk diterapkan di Indonesia.
“Kita perlu bypassing dan kita sudah kalah di India yang harga obat murah alkes lebih terjangkau, sedangkan harga kita jauh di atas,” ujarnya dikutip dari siaran langsung kanal YouTube Kadin Indonesia, Kamis (11/1/2023).
Lebih lanjut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan perlunya untuk segera mengalihkan bahan baku obat (BBO) dari luar negeri atau impor dengan produksi dalam negeri.
Hal ini dilakukan dengan menambah produsen BBO melalui proses chain source. Melalui cara ini, sekitar 20% penurunan impor BBO dapat terjadi per tahunnya.
“Kami lihat target yang bisa dilakukan penurunannya BBO ini 20% per tahun secara bertahap dan tidak mungkin langsung. Harapannya ini bisa sampai dua kali lipat bila tata kelola diperbaiki,” katanya.
Baca Juga
Solusi yang ditawarkan oleh Anies tersebut menjawab pertanyaan dari Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana (SPB), Suryani Motik yang bertanya strategi yang disiapkan untuk meningkatkan industri bahan baku farmasi.
Dia mengatakan 90% bahan baku farmasi dan alat kesehatan Indonesia masih diimpor, sedangkan untuk meningkatkan industri diperlukan kimia dasar dan juga petrokimia.
“Indonesia hanya punya empat, sedangkan Vietnam ada 28 industri,” katanya.
Selain itu, sektor alat kesehatan masih mengalami isu terkait rendahnya biasa penelitian dan pengembangan atau research and development (RnD) yang hanya 0,05% sebagai modal dasar pengembangan inovasi sektor kesehatan.