Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) memperkirakan konsumsi baja nasional tumbuh 5,2% menjadi 18,3 juta ton pada 2024. Kebutuhan baja tahun ini ditopang permintaan global, pertumbuhan sektor properti, belanja infrastruktur pemerintah, hingga industri pengguna baja otomotif.
Dalam laporan terbaru IISIA, pertumbuhan konsumsi sejalan dengan tren peningkatan sejak tahun 2020 hingga 2023. Adapun, tahun lalu konsumsi baja nasional mencapai 17,4 juta ton, naik dari sebelumnya 16,6 juta ton pada 2022.
Permintaan pasar global khususnya China masih menjadi pasar ekspor baja terbesar dan pendorong kinerja industri baja nasional. Beberapa analis pasar memperkirakan konsumsi baja China tumbuh 0,2% mencapai 944,6 juta ton.
Kebutuhan tersebut masih tinggi meskipun terjadi penurunan dari semula 1 miliar ton. Fitch Rating meramal permintaan baja China beralih dari sektor properti ke manufaktur dan energi terbarukan.
IISIA mencatat sejak 2018, China masih menjadi tujuan utama ekspor baja yang diikuti oleh Taiwan, India, Filipina, dan Malaysia. Pada Oktober 2023, ekspor baja ke China mencapai 8,1 juta ton atau meningkat 20,2% dibandingkan periode 2022.
Adapun, porsi ekspor ke China ini mencapai 55% dari total ekspor baja Indonesia. Diikuti Taiwan 8%, India 5%, Vietnam 4%, Filipina 3%, dan lainnya 25%.
Baca Juga
"Di sisi lain, Tiongkok juga merupakan sumber impor produk baja terbesar bagi Indonesia. Pada periode 2018-2022, Tiongkok merupakan sumber utama impor baja ke Indonesia diikuti Jepang, Oman, Korea Selatan, Rusia dan Afrika Selatan," tulis manajemen IISIA, dikutip dari situs resminya, Minggu (7/1/2024)
Tak hanya permintaan global, pertumbuhan sektor pengguna baja nasional juga menunjukkan peningkatan kebutuhan. Sektor infrastruktur dari belanja pemerintah tahun 2024 meningkat 7,9% menjadi Rp423 triliun.
Kemudian, sektor properti yang diproyeksi tumbuh 3%-5% tahun ini didukung kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) dalam pembelian properti.
Di sisi lain, sektor otomotif juga akan berkontribusi menyerap produk baja nasional. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil baru pada 2024 sebesar 1,1 juta unit menigkat dari 1,05 juta unit tahun lalu.