Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja ekspor industri besi dan baja mengalami penurunan pada November 2023. Kondisi tersebut dipicu permintaan global yang masih mengalami perlambatan akibat kondisi geopolitik hingga laju inflasi global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) eskpor besi dan baja turun 6,82% menjadi US$2,28 miliar pada November 2023, dari nilai ekspor Oktober 2023 sebesar US$2,45 miliar.
Sedangkan, secara tahunan turun 2,19% dari US$2,33 miliar pada November 2022. Kendati ekspor melemah, porsi kontribusi besi dan baja terhadap nilai ekspor periode ini sebesar 11,01%.
Tak dapat dipungkiri, tensi geopolitik perang Rusia-Ukraina dan memanasnya hubungan dagang Amerika Serikat-China mengakibatkan penurunan volume perdagangan global. Terlebih laju inflasi global yang memicu suku bunga acuan masih tinggi.
Chairman The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), Purwono Widodo mengatakan meskipun perang berlanjut, sentimen pasar global diperkirakan akan membaik secara perlahan. Selain ekspor, pihaknya pun akan memaksimalkan pasar domestik untuk menggenjot pertumbuhan.
"Target produksi dan penjualan 2024 diharapkan mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan demand dan program-program pemerintah dalam mendukung industri baja nasional," kata Purwono kepada Bisnis, dikutip Senin (18/12/2023).
Baca Juga
Dia menilai prospek industri baja tahun 2024 diperkirakan masih akan tumbuh terutama didorong oleh proyek-proyek infrastruktur nasional dan pertumbuhan industri manufaktur, khususnya otomotif, meskipun akan cukup dipengaruhi oleh suasana politik pemilihan presiden.
Apalagi, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk sektor infrastruktur sebesar Rp422,7 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 untuk mendorong produktivitas, mobilitas dan konektivitas, serta pemerataan infrastruktur.
"Permintaan di masa depan berpotensi meningkat seiring dengan prospek ekonomi Indonesia yang positif dan peningkatan pembangunan infrastruktur," ujarnya.
Di sisi lain, IISIA mengharapkan pemerintah mendukung kegiatan ekspor yang dilakukan produsen baja nasional, termasuk mengantisipasi munculnya hambatan perdagangan yang diterapkan negara tujuan ekspor.
Secara khusus, pihaknya meminta pemerintah mengantisipasi retaliasi atas kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel dan penerapan CBAM yang dilakukan oleh Uni Eropa.
Tak hanya itu, pemerintah perlu mulai melakukan antisipasi atas berbagai upaya standarisasi terkait produk baja hijau (green steel) melalui antara lain penerbitan Environmental Product Declaration (EPD) maupun sertifikasi produk hijau lainnya yang berpotensi menjadi hambatan ekspor.
Berdasarkan data IISIA, meski secara nilai ekspor turun, tren peningkatan volume ekspor masih berlanjut Q3 2023 di mana volume ekspor produk baja menunjukkan peningkatan sebesar 1,8 juta ton atau sekitar 16,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Namun, Purwono yang juga merupakan Direktur PT Krakatau Steel (Persero) menyampaikan bahwa pihaknya akan mempertahankan pangsa pasar ekspor PTKS di negara-negara yang menjadi regular market produk KS selama ini seperti Malaysia, Vietnam, Taiwan, Pakistan, Australia & NZ, dan negara-negara Eropa seperti Belgia, Turki, Spanyol, Portugal, Turki, Italia dan lain sebagainya.