Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Naik Lagi, Inflasi Turki Sentuh 64,8% pada 2023

Angka inflasi tahunan Turki naik dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 63%, namun lebih rendah dari proyeksi ekonom sebesar 65,1%.
Warga Turki berbelanja sayuran di pasar lokal. Inflasi tahunan Turki menyentuh 64,8% pada 2023./Bloomberg
Warga Turki berbelanja sayuran di pasar lokal. Inflasi tahunan Turki menyentuh 64,8% pada 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Turki mencapai level tertinggi dalam 13 bulan terakhir, meskipun berada di bawah proyeksi bank sentral pada tahun 2023.

Melansir Bloomberg, Rabu (3/1/2024), Institut Statistik Turki (TSI) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) Turki meningkat 64,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Desember 2023.

Angka inflasi Turki naik dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 63%, namun lebih rendah dari proyeksi ekonom sebesar 65,1%.

Angka inflasi ini sejalan dengan prediksi yang dibuat oleh bank sentral dan pemerintah, suatu hal yang jarang terjadi di negara di mana prediksi resmi sering kali terbukti terlalu optimistis.

Keputusan pemerintah untuk menaikkan upah minimum resmi sebesar hampir 50% berisiko pada kenaikan harga yang lebih cepat dari laju inflasi yang diperkirakan oleh bank sentral.

Bank sentral Turki memandang laju kenaikan harga-harga masih memerlukan pengetatan moneter lebih lanjut setelah tujuh kali menaikkan suku bunga berturut-turut sebesar 34% sejak bulan Juni.

Secara tahunan, inflasi Turki berakhir di hampir 65% dalam dua tahun berturut-turut, pertama kalinya sejak akhir 1990-an.

Bank sentral memproyeksikan inflasi tidak akan melambat hingga paruh kedua tahun ini dan memperkirakan inflasi akan mencapai 46% pada tahun 2024, lebih dari tujuh kali lipat dari target resmi.

Gubernur bank sentral Hafize Gaye Erkan akan mempresentasikan perkiraan terbaru pada bulan Februari.

Pejabat bank sentral sebelumnya memperingatkan bahwa permintaan domestik, bersama dengan inflasi jasa yang masih tinggi, merupakan salah satu faktor utama di balik tekanan harga yang lebih luas.

Pada bulan Desember, harga-harga restoran dan hotel melonjak 93% secara tahunan, sementara inflasi jasa secara keseluruhan hampir mencapai 91%.

Keputusan pemerintah untuk menaikkan upah minimum sebesar 49% tahun ini dapat menjadi pendorong lain harga-harga di tahun ini. Bank-bank di Wall Street memperingatkan bahwa diperlukan kebijakan moneter yang lebih ketat sebagai tanggapan atas kenaikan harga ini.

Ekonom Bloomberg Selva Bahar Baziki mengatakan kenaikan IHK Turki bulan Desember yang lebih lambat dari perkiraan tidak akan banyak membantu meringankan tekanan inflasi di masa mendatang.

”Kenaikan harga tetap sesuai target untuk melampaui 70% di bulan Mei, dengan perlambatan yang terjadi setelahnya akan menjadi proses yang berlarut-larut meskipun bank sentral bersikap ketat,” ungkap Selva seperti dikutip Bloomberg.

Di bawah Erkan yang diangkat pada bulan Juni, bank sentral telah berusaha untuk memperbaiki kredibilitas dengan pasar keuangan dengan mengeluarkan perkiraan inflasi yang lebih realistis.

Ini adalah perubahan dari penilaian optimistis yang biasanya ditawarkan oleh pendahulunya, yang keputusan kebijakannya tidak terlalu memperhitungkan inflasi.

"Inflasi bulanan dapat terus melambat mengingat nilai tukar yang terkendali, kurangnya tekanan upah, harga yang terkendali, dan biaya komoditas," ujar ekonom yang berbasis di Istanbul Haluk Burumcekci.

Dia menambahkan, pada bulan-bulan mendatang, harga-harga komoditi, terutama minyak, akan menjadi salah satu faktor penentu utama inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper