Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi tahunan Turki pada Februari 2024 mencapai level tertinggi dalam 15 bulan dengan laju kenaikan yang lebih cepat dari perkiraan, hampir mendekati angka 70%.
Indeks harga konsumen (IHK) Turki pada Februari 2024 meningkat empat bulan berturut-turut menjadi 67,1% secara tahunan, dari bulan sebelumnya yang sebesar 64,9%. Sedangkan estimasi median dalam survei Bloomberg para ekonom sebesar 66%.
Kemudian, inflasi bulanan yang sangat diawasi oleh bank sentral negaranya telah melebihi perkiraan, walaupun menurun menjadi 4,5% pada bulan ini dari 6,7% pada Januari 2024. Namun, angka tersebut tetap jauh di atas levelnya pada kuartal IV/2023.
Menimbang angka tersebut, analis mata uang senior di InTouch Capital Markets, Piotr Matys menilai inflasi Turki sangat tinggi.
Untuk diketahui, para pengambil kebijakan memperkirakan inflasi tahunan mencapai puncaknya di atas 70% pada Mei 2024, dengan membiarkan suku bunga tidak berubah pada tahun lalu.
Dengan bank sentral negaranya juga mengadopsi pendekatan wait and see untuk saat ini, prospek yang memburuk mengartikan biaya pinjaman resmi tetap jauh di bawah nol ketika disesuaikan dengan harga saat ini.
Baca Juga
“Ada yang berpendapat bahwa dengan tingkat suku bunga riil yang sangat negatif, kebijakan moneter tidak cukup ketat untuk membawa inflasi sejalan dengan target resmi 5% dan untuk memperkuat ekspektasi inflasi,” jelas Matys, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (4/3/2024).
Adapun, kebijakan fiskal yang lebih longgar menjelang pemungutan suara negaranya juga telah menjadi hambatan untuk upaya bank sentral dalam mengendalikan inflasi.
Ekonom Bloomberg Selva Bahar Baziki berpendapat bahwa bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk saat ini.
“Dengan kenaikan yang diperkirakan melebihi 70% di masa depan, kami memperkirakan suku bunga kebijakan akan tetap bertahan di angka 45% hingga kuartal III/2024 dan pada saat yang sama, pengetatan tambahan akan dilakukan melalui instrumen alternatif,” terang Baziki.
Inflasi yang tinggi di industri jasa juga menjadi perhatian lainnya, mencerminkan permintaan domestik yang lama mereda meskipun ada kebijakan moneter yang lebih ketat.
Kepala ekonom QNB Finansbank Erkin Isik juga berpendapat bahwa inflasi yang lebih cepat di sektor industri menjelaskan mengapa data keseluruhan berada jauh di atas perkiraan.
“Mengingat peningkatan ekspektasi inflasi akhir tahun yang akan bergerak lebih tinggi setelah data ini, bank sentral kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga lebih lanjut pada kuartal kedua,” terangnya.