Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Optimistis Tren Inflasi Landai Berlanjut Selama Nilai Tukar Terjaga

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi tren normalisasi inflasi akan berlanjut lantaran risiko kenaikan yang relatif rendah sepanjang tahun 2024.
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi tren normalisasi inflasi berlanjut lantaran risiko kenaikan yang relatif rendah sepanjang 2024. Namun, hal ini perlu diiringi dengan stabilitas energi hingga nilai tukar. 

Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani mengatakan optimisme inflasi yang masih melandai didasarkan pada kondisi harga komoditas global secara keseluruhan yang mengalami moderasi atau penurunan tipis, dengan perkiraan turun4-5%. 

"Dan proyeksi demand global terhadap komoditas energi juga relatif lebih lemah karena proyeksi perlambatan ekonomi global yang persisten di 2024," kata Shinta kepada Bisnis, Selasa (2/1/2023). 

Meski demikian, lanjutnya, ada beberapa faktor yang dapat memicu kenaikan inflasi tinggi tahun ini yaitu peningkatan harga komoditas energi dan pangan di pasar internasional, pelemahan nilai tukar dan kegagalan regulasi pemerintah untuk mengstabilisasi harga pasar domestik. 

Dia menuturkan, pemerintah harus mampu melakukan intervensi atas kebutuhan pokok masyarakat, khususnya yang diimpor yaitu Beras, daging, cabai, bawang, gula, susu agar tetap terjaga harganya. 

"Selama faktor-faktor ini bisa dijaga stabilitasnya, kami rasa kita tidak punya alasan atau perlu punya kekhawatiran berlebih bahwa inflasi akan melampaui 3,5% sepanjang tahun," ujarnya.

Apindo memproyeksi pertumbuhan permintaan pasar domestik juga akan cukup stabil atau naik moderat. Namun, jika permintaan naik signifikan, kondisi tersebut dikhawatirkan dapat merusak level inflasi sepanjang tahun di luar angka yang diproyeksi.

Di samping itu, dia menilai nilai tukar dapst dijaga stabilitasnya, serta risiko kenaikan harga energi dapat diminimalisir atau terjaga jika konflik geopolitik tidak memanas sepanjang tahun ini. 

"Risiko kenaikan harga energi akan cukup rendah seperti yang disampaikan sebelumnya," tuturnya.

Namun, Shinta tidak menyangkal apabila konflik geopolitik memanas hingga menciptakan polarisasi perdagangan yang berujung pada kelangkaan supply energi lebih lanjut, maka risiko kenaikan harga energi, khususnya BBM akan lebih tinggi. 

"Kita tidak bisa pastikan. Semoga saja semua faktor terkait bisa cukup stabil sehingga risiko kenaikan harganya rendah," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper