Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kampanye dan Pilpres Diprediksi Berdampak pada Laju Inflasi 2024

BPS memberikan ancang-ancang terhadap laju inflasi pada awal 2024 seiring adanya kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) pada Februari mendatang.
Pedagang menata barang dagangannya di salah satu pasar di Jakarta, Senin (18/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang menata barang dagangannya di salah satu pasar di Jakarta, Senin (18/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan ancang-ancang terhadap laju inflasi pada awal 2024 seiring adanya kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) pada Februari mendatang.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyebut adanya risiko kenaikan harga pada sejumlah barang dan jasa jelang pesta demokrasi pada Februari 2024. Risiko kenaikan harga itu terjadi pada barang dan jasa yang mengalami kenaikan permintaan di masa kampanye dan pemilu.

"Kenaikan permintaan barang dan jasa yang dikonsumsi selama masa kampanye dan pemilu tentunya akan direspons oleh pelaku usaha yang bergerak di sektor tersebut. Misalnya makanan jadi," ujar Amalia, Selasa (2/1/2024).

Menurutnya, dampak pemilu terhadap inflasi, kata dia, baru akan terlihat di wilayah-wilayah di mana pelaku usaha menaikkan harga sebagai respons dari lonjakan permintaan. Saat produsen melakukan penyesuaian harga akibat peningkatan permintaan bakal berdampak pada indeks harga konsumen (IHK).

Dia menegaskan, penghitungan inflasi dilakukan dengan basis IHK yaitu kenaikan harga yang diterima konsumen. Amalia pun belum bisa menyebut secara pasti ihwal proyeksi inflasi pada periode pesta demokrasi kali ini.

"Kita tunggu nanti, apakah Januari atau Februari [2024] ini akan terjadi perubahan harga produk yang diterima konsumen. Sekali lagi, inflasi ini basisnya adalah IHK, jadi kenaikan harga yang diterima konsumen itu yang kita ukur," jelasnya.

Adapun laporan BPS menunjukkan inflasi pada 2023 sebesar 2,61% menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Capaian inflasi tersebut di luar periode pandemi 2020 dan 2021 yang masing-masing 1,68% dan 1,87%.

Sementara inflasi bulanan pada Desember 2023 tercatat sebesar 0,41% ini lebih tinggi dari November 2023, namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Desember 2021 dan 2022 yang masing-masing sebesar 0,57% dan 0,66%.

Inflasi tahunan Desember 2023 yang sebesar 2,61% terjadi seiring dengan peningkatan IHK dari 113,59 pada Desember 2022 menjadi 116,56 pada Desember 2023.  Jika dirinci berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar terjadi di kelompok makanan minuman dan tembakau, yaitu sebesar 6,18% dan andil 1,6% terhadap inflasi umum.  

Komoditas yang memberikan inflasi kelompok ini adalah beras andil 0,53%, cabai merah 0,24%, rokok kretek filter 0,17%, cabai rawit andil 0,1%, dan bawang putih memberikan andil 0,08%.  Sementara beberapa komoditas lainnya yang memberikan sumbangan terbesar ke inflasi Desember 2023, yaitu emas perhiasan andil 0,11% dan tarif angkutan udara 0,08%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper