Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamen BUMN: Indonesia Raih Akses Ekspor Semikonduktor ke AS

Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut Indonesia mendapat akses ekspor semikonduktor ke pasar AS.
Menteri ESDM Arifin Tasrif (kedua kiri), Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (tengah), dan President Economic Research Institute for ASEAN and East Asia Tetsuya Watanabe memberikan paparan saat acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di Jakarta, Jumat (22/12/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Menteri ESDM Arifin Tasrif (kedua kiri), Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (tengah), dan President Economic Research Institute for ASEAN and East Asia Tetsuya Watanabe memberikan paparan saat acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di Jakarta, Jumat (22/12/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menuturkan Indonesia mendapat akses ekspor semikonduktor ke pasar Amerika Serikat seiring dengan upaya membangun industri teknologi tinggi itu di dalam negeri.

Kepastian itu disampaikan Kartika saat diskusi dalam Seminar Nasional Perekonomian Outlook Indonesia “Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global” yang diadakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

“Kemarin juga kita dari AS [Amerika Serikat] ada kesempatan untuk dapat ruang untuk mengekspor semikonduktor juga,” kata Kartika.

Menurut dia, peluang pasar ekspor industri teknologi tinggi itu  mesti dioptimalkan untuk mengakselerasi industrialisasi mineral di dalam negeri.

“Ini yang perlu kita gali bagaimana industri yang high-tech juga tumbuh termasuk juga manufaktur menengah,” kata dia.

Seperti diketahui Indonesia baru saja terpilih dan dipromosikan untuk masuk ke dalam ekosistem penghiliran semikonduktor yang didalamnya berisikan produsen semikonduktor dunia seperti Amerika Serikat, Taiwan, Jepang hingga Korea Selatan.

Rencanannya, kemitraan itu pertama-tama bakal melatih sumber daya manusia (SDM) handal dalam negeri di bidang semikonduktor. Mulai 2024, jumlah pelatihan ditargetkan sebanyak 500 orang, selanjutnya 1.000 orang per tahun dalam rentang 2025 sampai dengan 2030.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menargetkan investasi back-end (testing & assembly) untuk pengembangan industri semikonduktor dari Amerika Serikat bisa masuk tahun depan.

Selanjutnya, kata Airlangga, pemerintah menargetkan ekosistem untuk mendukung investasi di industri front-end (wafer fabrication) untuk semikonduktor bisa berdiri pada 2026 atau dua tahun mendatang.

Adapun, hilirisasi silika menjadi wafer silikon diharapkan mendukung kemandirian industri photovoltaic (PV) module dan semikonduktor dalam negeri.

Untuk mencapai pengembangan hilirisasi silika menjadi wafer silikon, perlu dilakukan beberapa kegiatan penunjang, seperti penyusunan roadmap industri wafer silikon dan pembuatan pohon industri secara komprehensif.

“Wafer silikon merupakan material building block bagi industri semikonduktor dan sel surya, tetapi saat ini industri yang mengolah silika hingga menjadi wafer silikon solar grade belum tersedia di Indonesia,” kata Staf Ahli Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri, Ignatius Warsito di Jakarta, Sabtu (16/9/2023).

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, di Indonesia terdapat 328 perusahaan pencadangan pasir silika, 98 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), 82 Pemegang IUP Eksplorasi dengan realisasi penambangan pasir silika pada 2021 sebesar 2,01 juta meter kubik, dan 330 juta ton total cadangan. 

Adapun lokasi potensial tambang pasir silika ada di Bangka Belitung, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Barat, dan tidak menutup potensi-potensi di tempat lainnya. Adapun, kuarsit total sumber dayanya sebesar 297 juta ton dan lokasi utama potensi penambangannya di Aceh. 

Dari sisi potensi bahan baku industri PV dan semikonduktor, data BPS 2022 menyebutkan potensi nilai substitusi impor untuk Wafer Silikon mencapai US$17,7 Juta, U$120 Juta produk semi konduktor, US$6,2 juta untuk solar cell tidak dirakit, dan mencapai US$65,9 Juta untuk solar cell dirakit. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper