Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Pelonggaran Kebijakan China, Penjualan Rumah di Shanghai dan Beijing Naik

Dua kota terbesar di China, Shanghai dan Beijing, mencatatkan transaksi penjualan rumah yang signifikan setelah upaya pelonggaran kebijakan terbaru.
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg

Bisnis.comJAKARTA - Dua kota terbesar di China mencatatkan transaksi rumah yang signifikan setelah Negeri Tirai Bambu tersebut melonggarkan kebijakan terbaru untuk meningkatkan sentimen di sektor properti. 

HSBC Holdings Plc pada Rabu (20/12/2023) melaporkan peningkatan transaksi rumah bekas di Shanghai sebesar 25,7% dari 15-18 Desember 2023, dibandingkan dengan minggu sebelumnya. 

Kemudian, rata-rata penjualan harian unit rumah baru di Shanghai meningkat hampir sebesar 41% dan di Beijing melonjak sebesar 122%. 

“Perputaran rumah sekunder yang lebih cepat dapat meningkatkan transaksi rumah baru karena memfasilitasi permintaan untuk memperbarui rumah,” kata ekonom HSBC Erin Xin dan Jing Liu dalam laporannya. 

Beijing dan Shanghai kemudian mengurangi rasio uang muka dengan melonggarkan ambang batas bagi beberapa jenis perumahan, agar memenuhi syarat untuk mendapatkan hipotek yang lebih rendah. 

Pergerakan tersebut dilakukan setelah harga rumah yang mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun, yang kemudian merusak kepercayaan pembeli rumah dan pengamat pasar. 

Kemudian, pada pekan lalu, penjualan rumah baru di 30 kota besar meningkat 6% dibandingkan minggu sebelumnya, dengan penjualan di kota-kota teratas mendorong pertumbuhan tersebut. Namun, transaksi di kota-kota kecil yang disebut sebagai kota-kota tingkat tiga masih rendah. 

Angka penjualan pada minggu-minggu berikutnya kemudian akan memberikan ukuran yang lebih baik, apakah serangkaian kebijakan tersebut dapat memperbaiki kemerosotan properti. 

Penjualan rumah sendiri melemah dalam waktu kurang dari dua minggu, setelah regulator mengeluarkan langkah-langkah untuk menghidupkan kembali pasar pada pada Agustus 2023. 

Mengutip Reuters, sebelumnya sektor properti China memburuk pada November 2023 karena sentimen negatif pembeli rumah dan pengembang yang terlilit hutang, sehingga penjualan dan investasi di sektor tersebut menurun. 

"Transaksi biasanya tertekan menjelang akhir tahun, dan sektor properti secara umum tidak ingin mengambil lebih banyak leverage dan harga rumah masih terlalu tinggi dibandingkan dengan pendapatan perkotaan," kata kepala ekonom di Hang Seng Bank China, Dan Wang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper