Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan belum berencana untuk menyesuaikan harga jual bahan bakar minyak (BBM) subsidi di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia akhir tahun ini.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, pergerakan harga minyak mentah saat ini masih fluktuatif untuk ditanggapi. Di sisi lain, menurut Tutuka, harga di rentang US$70 per barel relatif masih tinggi.
“Untuk saat ini belum [ada revisi] sih, ini kan masih US$70-an sekian ya, saya rasa masih ada data yang lain lah,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Tutuka mengatakan, keputusan untuk meninjau ulang harga BBM domestik bakal dipikirkan saat harga minyak mentah dunia menyentuh level US$60 per barel.
“Kalau harga minyak US$60-an kita lihat lagi, sekarang juga sudah lumayan tajam turunnya,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, harga minyak dunia terus mengalami penurunan signifikan. Pada perdagangan pagi ini, Rabu (13/12/2023), Bloomberg melaporkan harga minyak WTI bertengger pada level $68,4 per barel pada pukul 08.32 WIB. Semakin jauh meninggalkan level US$70 per barel. Dalam waktu perdagangan yang sama, minyak jenis Brent dilaporkan berada pada level US$73,06 per barel.
Baca Juga
Saat yang sama, harga batu bara juga mengalami pelemahan. Bursa Newcastle mencatat pengiriman batu bara untuk kontrak Desember menjadi US$146.25 per ton atau turun 4,10%. Demikian juga untuk kontrak Januari longsor menjadi US$143.75 per ton atau turun 6,11%
Penurunan signifikan pada harga batu bara mencerminkan fluktuasi pasar energi global, di tengah pergeseran dalam kebijakan energi, permintaan, dan penawaran.
Pelaku pasar menunggu keputusan final dari COP28 di Dubai yang sedang membahas arah dunia terhadap kebijakan perubahan iklim termasuk penggunaan energi fosil.