Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Riset Core Ahmad Akbar Susamto menyampaikan adanya potensi peningkatan risiko utang negara pada tahun depan saat Indonesia tengah melaksanakan Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024. Kenaikan risiko utang bisa didorong janji capres, baik dari Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Di tengah kondisi tersebut, Akbar mengingatkan kepada pemerintah bahwa posisi utang Indonesia patut diwaspadai karena akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Pada waktu yang sama orang sibuk pemilu enggak ada lagi yang mikirin [utang]. Dalam hal ini capres cawapres akan janji [politik], belanja ini belanja itu. Pertanyaannya uangnya dari mana? Ujungnya dari utang. Kalau dari utang akan memperberat situasi,” ungkapnya dalam Core Economic Outlook 2024 di Perpustakaan Nasional RI, Selasa (12/12/2023).
Meski pada dasarnya pertumbuhan utang telah menurun sejak 2021 dan mencapai level 6% pada outlook 2023, namun total utang pemerintah terus membengkak dan tercatat di angka Rp7.950,2 triliun per Oktober 2023. Padahal, pada 2014 atau periode akhir kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), utang pemerintah tak lebih dari Rp3.000 triliun.
Pada APBN 2024, dengan pembayaran bunga utang dipatok Rp497,3 triliun dan pokok utang Rp625 triliun.
Akbar memaparkan bahwa persentase pembayaran bunga utang terhadap belanja sudah terlalu besar dan berisiko. Maka dari itu harus segera ditangani.
Baca Juga
Menurutnya, pengadaan utang dapat dikurangi dengan optimalisasi sumber pembiayaan kreatif melalui KPBU dan otimalisasi SAL untuk mengendalikan pembiayaan utang.
Di sisi lain, suku bunga the Fed yang higher for longer akan mempengaruhi yield AS dan berujung pada potensi larinya modal asing dari Tanah Air.
Senada dengan Akbar, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan beban utang negara akan semakin meningkat, salah satunya karena program-program populis ketiga paslon.
“Presiden siapapun yang terpilih, melihat banyak program yang populis, ada yang ngasih makan gratis, ada yang mau menciptakan lapangan kerja, jadi banyak program populis yang akan meningkatkan beban penerbitan utang baru,” ungkapnya, Minggu (10/12/2023).
Sebagaimana program milik pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang berjanji akan memberikan makan siang gratis dengan alokasi anggaran senilai Rp400 triliun.
Sementara Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD memiliki target penciptaan lapangan pekerjaan, masing-masing 15 juta pekerjaan dan 17 juta pekerjaan.