Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Starbucks Rugi Rp186 Triliun Buntut Aksi Boikot Produk Pendukung Israel

Aksi mogok pekerja dan boikot produk Starbucks membuat kapitalisasi pasar waralaba minuman kopi ini anjlok nyaris US$12 triliun.
Aprianto Cahyo Nugroho, Farid Firdaus
Senin, 11 Desember 2023 | 08:00
Suasana gerai kopi Starbucks di San Francisco, California, AS, Kamis (22/7/2021) Bloomberg/David Paul Morris
Suasana gerai kopi Starbucks di San Francisco, California, AS, Kamis (22/7/2021) Bloomberg/David Paul Morris

Presiden Starbucks Workers United Lynne Fox menulis dalam sebuah artikel opini bahwa tweet tersebut ditulis oleh satu orang, tanpa izin dari anggota SWU lainnya, dan dengan cepat dihapus.

Starbucks memerintahkan serikat pekerjanya untuk berhenti menggunakan nama dan logo Starbucks, dan SWU menuntut hak untuk terus menggunakan keduanya. Perwakilan Starbucks menepis bahwa gugatannya hanya mengenai satu postingan saja, dan menyatakan bahwa gugatan tersebut mencakup sejumlah komunikasi dari Workers United dan kebingungan yang ditimbulkan dari komunikasi tersebut.

Respons cepat perusahaan ini memicu serangkaian boikot, dan seruan boikot bergema di seluruh platform media sosial. Tindakan hukum perusahaan terhadap serikat pekerja telah meningkatkan perdebatan, sehingga membuat Starbucks harus menjalankan operasi bisnisnya di tengah ekspresi politik.

Pemogokan serikat pekerja Starbucks juga menyoroti pentingnya peningkatan penempatan staf, penjadwalan, dan tawar-menawar mengenai negosiasi kontrak. Para pekerja menuntut kondisi kerja yang lebih baik, terutama pada hari-hari sibuk yang menurut mereka menguji batas kapasitas dan semangat staf. 

Di sisi lain, seruan untuk memboikot Starbucks telah lama diserukan sebelum aksi boikot ini, karena mantan CEO Starbucks, Howard Schultz, merupakan pendukung vokal terhadap penjajahan Israel.

Dampak finansial yang dialami Starbucks melonjak drastis karena waralaba-waralabanya di Mesir telah melakukan pemangkasan jumlah tenaga kerja akibat dampak boikot tersebut.

Selain boikot, anjloknya saham Starbucks turut dipicu kegagalan produk mereka, Red Cup Day, di pasaran. Produk ini merupakan promo bagi para pelanggan dengan memberikan gelas daur ulang berwarna merah sebagai penanda musim libur telah tiba.

Red Cup Day, yang biasanya meriah tahun ini diredupkan oleh aksi mogok kerja para karyawan, yang mengganggu layanan di lebih dari 200 lokasi di Amerika Serikat. Pada 2022, Red Cup Day mendatangkan kenaikan penjualan sebesar 81 persen. Sementara tahun ini hanya mencapai 31,7 persen. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper